Pohon Perdamaian Wangari Maathai

Rusman Nurjaman

Penulis

Pohon Perdamaian Wangari Maathai
Pohon Perdamaian Wangari Maathai

Intisari-Online.com - Maathai memulai kampanye penanaman pohon pada 1977 untuk ikut mereboisasi Kenya dan menciptakan lapangan pekerjaan. Green Belt Movement (Gerakan Sabuk Hijau) yang digagasnya, kini jadi kekuatan lingkungan dan politik yang menginspirasi dunia.

Pernah dianggap pembangkang, Maathai pernah bekerja di pemerintahan. Ia mendapat 98 persen suara dalam pemilu untuk kursi parlemen Kenya, sekaligus asisten Menteri Lingkungan Hidup antara tahun 2004-2005. “Melindungi lingkungan dunia berkaitan langsung dengan terwujudnya perdamaian,” katanya, saat menerima Nobel Perdamaian 2004, seperti dikutip National Geographic.

Tahun 2011, dia meninggal dalam usia 71 tahun karena komplikasi kanker rahim. Inilah tujuh keprihatinannya di masa lalu - dan jadi harapannya di masa depan.

  1. LingkunganSebagai profesor di Fakultas Kedokteran Hewan di University of Nairobi pada 1970-an, saya sering ke pedalaman. Jika turun hujan, sungai-sungai memerah seiring larutnya tanah teratas. Kaum perempuan di sana begitu mendambakan kayu bakar, air bersih, dan makanan bergizi. Semua berhubungan. Hutan-hutan asli di Kenya diubah jadi pertanian sehingga kualitas menurun.

  2. PemberdayaanDi sebuah forum National Council of Women of Kenya, saya menyarankan agar kaum perempuan dilibatkan dalam reboisasi. Pepohonan sumber kayu bakar dan makanan. Mencegah erosi. Kami ditentang pemerintah saat itu, bukan karena menanam pepohonan, namun karena kami mengorganisasi diri, menentang pengelolaan lingkungan yang salah urus.

  3. PendidikanJika masyarakat diberi pendidikan mengenai hubungan lingkungan dan pemerintahan, mereka dapat memperbaiki keduanya. Melalui pendidikan mengenai komunitas, dan lingkungan, rasa apatis mereka akan hilang dan mulai terlibat.

  4. Pemerintahan yang baikTanpa pemerintahan yang menghargai hak-hak masyarakatnya sendiri, kondisi lingkungan pastilah akan secara bertahap terhancurkan oleh gelombang swastanisasi di lahan-lahan milik rakyat. Kami mengubah sistem di Kenya, suatu hal yang membuat kami harus berjuang begitu lama, dan tidak sia-sia. Sekarang kami bangga karena memiliki pemerintahan yang demokratis.

  5. Pembangunan berkelanjutanKebutuhan lingkungan mesti dipertimbangkan. Jika kita mengurus sumber daya secara bertanggung jawab dan membaginya secara seimbang, pertikaian akan terkurangi.

  6. Lahan pekerjaanMasyarakat butuh kesempatan di daerah asalnya. Kalau tidak, mereka pindah ke kota besar untuk pekerjaan yang sebenarnya tak tersedia. Pemecahan masalah Kenya termasuk mengalokasikan dana ke pedalaman, fokus pada kemiskinan, memberi keterampilan pada generasi muda agar dapat bersaing di dunia kerja.

  7. Masa depanSeiring upaya menciptakan dunia yang menghormati dan menghargai perempuan, kami nmemperhatikan anak-anak perempuan kami dan memikirkan masa depannya. Saya berharap anak-anak perempuan di dunia daapat mencapai kelayakan jika punya komitmen dan kesadaran.