Intisari-Online.com - Semakin mendekati tahun 2014, pembicaraan mengenai calon presiden tentunya makin sering di berbagai kalangan masyarakat. Termasuk para investor di panggung bursa saham.
Meski gemar ngobrol soal capres, para pelaku pasar saham memperkirakan, pesta politik tidak akan berdampak signifikan terhadap pasar modal dalam negeri. Namun, kehadiran figur politik tertentu nantinya bisa mencuri perhatian investor.
Lilis Setiadi, Direktur Utama PT Batavia Prosperindo Asset Management mengatakan, respons pasar terhadap kegiatan politik, khususnya pemilihan umum (pemilu) presiden akan terlihat sekitar dua bulan sebelum pemilu, dan sebulan setelah pemilu berlangsung.
"Biasanya, tiga bulan sebelum pemilu, indeks akan bergerak datar, satu hingga dua bulan setelah itu, kembali bergerak," ujarnya, Rabu (9/10). Hal ini, lanjut dia, terjadi berkala setiap pemilu digelar.
Ia mengaku, selama enam bulan pertama tahun ini, pihaknya melakukan road show menemui para investor perusahaan. Dari kegiatan itu diketahui, investor tidak peduli siapa figur yang akan dicalonkan sebagai presiden dalam pemilihan tahun depan.
Tetapi, dalam tiga bulan terakhir, sikap para investor akan berubah. Ada beberapa figur yang diharapkan menjadi calon presiden mendatang. Dua nama yang dinilai menjadi extra booster bagi pasar adalah, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dan mantan wakil presiden, M Jusuf Kalla.
Namun, ia mengingatkan, fundamental ekonomi tetap menjadi poin utama yang mempengaruhi kebijakan investasi investor. "Political event, sifatnya temporer," imbuh Lilis.
Sementara itu, Eep Saefulloh Fatah, pengamat politik sekaligus CEO PolMark Indonesia menambahkan, jika melihat momen pemilu 2004 dan 2009, pasar beraksi positif terhadap figur yang dinilai market friendly. "Jika presiden sesuai dengan espektasi mereka (investor), maka pasar akan bergerak positif," terang Eep. (Amailia Putri Hasniawati / kontan.co.id)