Intisari-Online.com -Jumat (22/7/2022), regulator nuklir Jepang secara resmi menyetujui rencana pembuangan lebih dari satu juta ton air olahan limbah dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN Fukushima ke laut.
Padahal, sebelumnya Jepang mendapat kritik dari berbagai pihak atas rencana tersebut.
Komunitas nelayan lokal yang sudah menderita setelah kecelakaan nuklir Fukushima, akibat tsunami yang dipicu gempa bawah laut pada 11 Maret 2011, khawatir konsumen akan menolak produk mereka jika olahan limbah PLTN Fukushima dibuang ke daerah tersebut.
Sejumlah negara tetangga Jepang juga menyampaikan kritik.
Korea Selatan mengecam keputusan tersebut dan menyebutnya sama sekali tidak bisa ditoleransi.
Seoul bahkan memanggil Duta Besar Jepang untuk Korea Selatan.
China pun mengungkapkan kekhawatiran yang besar atas keputusan Jepang tersebut.
Taiwan juga mengajukan keberatan yang kuat.
Meski sejumlah kritik berdatangan, rencana Jepang tersebut didukung oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Di samping itu, operator PLTN Fukushima yaitu TEPCO masih harus menenangkan warga yang menolak keras sebelum melanjutkan prosesnya.
Pemerintah Jepang akan memastikan keamanan air olahan limbah PLTN Fukushima serta kegunaan dan transparansi penanganannya.
Seperti diketahui, sistem pendingin di PLTN Fukushima rusak akibat tsunami yang dipicu gempa bawah laut pada 11 Maret 2011.
Bencana itu menyebabkan kecelakaan nuklir terburuk sejak Chernobyl.
Upaya penonaktifan sedang berlangsung dan diperkirakan memakan waktu hingga 40 tahun.
Saat ini, salah satu prioritasnya adalah memindahkan bahan bakar cair dari reaktor yang rusak.
Setiap harinya, PLTN Fukushima menghasilkan 140 meter kubik air yang terkontaminasi, campuran dari air tanah, air laut, air hujan yang merembes ke area tersebut, dan air yang digunakan untuk pendinginan.
Air itu kemudian disaring untuk menghilangkan berbagai unsur radionuklida dan dipindahkan ke tangki penyimpanan.
Namun, kini tangki tersebut sudah terisi 1,29 juta ton dan ruang penyimpanannya diperkirakan akan habis sekitar satu tahun lagi.
TEPCO sendiri mengklaim bahwa olahan air limbah PLTN Fukushima sudah memenuhi standar internasional untuk tingkat radionuklida.
Kecuali satu elemen yaitu tritium yang menurut para pakar hanya berbahaya bagi manusia jika dikonsumsi dalam dosis besar.
TEPCO juga berencana mengencerkan air untuk mengurangi kadar tritium, dan membuangnya ke lepas pantai selama beberapa puluh tahun melalui pipa bawah air sepanjang satu kilometer.
Sementara itu, IAEA mengatakan bahwa pembuangan air limbah PLTN Fukushima ini akan berlangsung bertahun-tahun dan paling cepat dimulai pada musim semi 2023 untuk memenuhi standar internasional.
Mereka mengklaim tidak akan menyebabkan kerusakan lingkungan.