Terungkap Alasan Rusia Gagal Total Jika Diajak Berunding dengan Ukraina, Permintaan Ngadi-ngadi Ukraina Ini Bikin Rusia Pilih Lanjutkan Perang Ketimbang Penuhi Syarat Damai

May N

Editor

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov hadiri pertemuan para Menteri Luar Negeri G20 yang diadakan oleh Menlu Retno Marsudi
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov hadiri pertemuan para Menteri Luar Negeri G20 yang diadakan oleh Menlu Retno Marsudi

Intisari - Online.com -Sampai akhir bulan Juli ini, perang Rusia-Ukraina belum mendekati kata selesai.

Perang ini berkecamuk sejak 24 Februari 2022.

Pernyataan-pernyataan keras dari masing-masing pihak juga membuat kata damai seakan sulit untuk dicapai.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov baru-baru ini melontarkan pernyataan keras tentang peluang damai Rusia-Ukraina.

Lavrov menyebut perundingan damai untuk saat ini tidak masuk akal.

Sebelumnya, perundingan Rusia-Ukraina ditangguhkan sejak Mei lalu karena sudah terkatung-katung sejak April.

Perundingan damai mencapai kemajuan ketika perundingan dilaksanakan di Istanbul, Turki, pada akhir Maret silam.

Namun Moskow dan Kiev masih jauh dari kata sepakat dalam membuat perjanjian.

Lavrov menuduh tuntutan-tuntutan pemerintahan Volodymyr Zelensky tidak layak "mendapatkan perhatian serius dari orang-orang serius," seperti dikutip dari Kompas TV.

Atas hal itu, Kremlin mengecam segala tuntutan Ukraina dalam perundingan damai.

“Mereka (Kiev) tidak akan pernah bisa mengatakan apa pun yang layak mendapatkan perhatian serius dari orang-orang serius,” kata Lavrov dikutip AFP via The Guardian, Rabu (20/7/2022).

“(Perundingan damai) tidak masuk akal dalam situasi yang sekarang,” lanjutnya.

Di lain sisi, Lavrov justru mengindikasikan kebijakan militer ekspansif terhadap Ukraina. Pada Rabu (20/7), ia menyebut Rusia juga akan menargetkan wilayah selatan Ukraina, tak hanya Donbass yang kini tengah digempur.

Lavrov menyebut Moskow akan merebut Oblast (daerah setingkat provinsi) Zaporizhzhia dan Kherson.

Sebelumnya, sejak memulai operasi di Donbass pada awal April lalu, Kremlin mengaku sebatas ingin “membantu” separatis Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR) meraih “kemerdekaan.”

Rusia sendiri memfokuskan invasi ke Donbass usai gagal merebut Kiev pada tahap awal invasi.

Pasukan Rusia mundur dari kawasan ibu kota pada akhir Maret hingga awal April lalu.

Baca Juga: Temui Pemimpin Iran dan Turki, Ternyata Vladimir Putin Bukan Bicarakan Soal Perang Ukraina, Melainkan di Negara Arab Ini, Bahkan Turki Minta Izin Ingin Gabung dan Sudah Diizinkan AS ?

Artikel Terkait