Intisari-Online.com -Djoko Tjahjono Iskandar, ahli katak Indonesia yang jadi rujukan ilmuan internasional, menempuh jalan berliku untuk menjadi seorang pakar katak kondang. Ia kerap berguru dari pada ahli katak dari luar negeri. Salah satunya adalah berkorespondensi dengan Robert Frederick Inger, ahli katak dan reptil dari Field Museum yang juga banyak mempelajari keanekaragaman hayati Indonesia.
Kerja kerja Djoko akhirnya membuahkan hasil. Tiga tahun setelah memulai kariernya, kakek yang meraih gelar doktor dari Université Montpellier 2 di Montpellier Perancis ini menemukan Barbourula kalimantanensis, katak famili Discoglossidae pertama yang ditemukan di Borneo. Tahun 2008, ia kembali meneliti Barbourula kalimantanensis.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Current Biology pada 6 Mei 2008 mengungkap fakta baru, katak kepala pipih yang ditemukan di Sungai Pinoh, bagian dari Kapuas, Kalimatan Barat, itu ternyata tidak punya paru-paru. Ya, bisa ditebak, temuannya itu membuat geger dunia perkatakan dunia.
Penelitian terus berlanjut. Fakta baru terungkap, bahwa populasi Barbourula kalimantanensis sangat minim. International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyatakan bahwa spesies tersebut terancam punah pada 3 Juni 2013.
Selain Barbourula kalimantanensis, penemuan spektakuler Djoko lain adalah Cyrtodactylus batik. Spesies itu adalah cicak jari bengkok yang ditemukan di Gunung Tompotika, wilayah Sulawesi Tengah. Djoko menyebutnya sebagai spesies cicak tercantik yang pernah ditemukan. Penemuan ini dipublikasikan di jurnal Zootaxa pada 29 April 2011.