Padahal Termasuk Senjata Paling Menakutkan di Bumi, Rusia Mendak Pebanyak Jumlah Senjata Ini, Benarkah Disiapkan Untuk Perang Besar-Besaran ?

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Dari segi spesifikasi, Sarmat memiliki jangkauan hingga 18.000 km dan mampu membawa 10 hingga 15 hulu ledak nuklir.
Dari segi spesifikasi, Sarmat memiliki jangkauan hingga 18.000 km dan mampu membawa 10 hingga 15 hulu ledak nuklir.

Intisari-online.com - Pemimpin Badan Antariksa Rusia mengumumkan bahwa Sarmat, roket paling canggih Rusia, akan diproduksi massal.

Dmitry Rogozin, direktur badan antariksa Rusia Roscosmos, mengatakan bahwa rudal balistik antarbenua (ICBM) Sarmat.

Sedang bersiap untuk berpartisipasi dalam serangkaian tes dan memasuki produksi massal.

"Rudal berkemampuan nuklir paling kuat di dunia sedang dipersiapkan untuk tes baru dan untuk produksi massal," kata Dmitry Rogozin.

Pada awal Juli, Direktur Roscosmos mengunjungi pabrik rudal Krasmash (kota Krasnoyarsk) untuk memeriksa pengujian dan memastikan bahwa rudal Sarmat dapat segera diproduksi massal.

Mengenai kemampuan serangan Sarmat, Rogozin mengatakan bahwa rudal itu dapat menghancurkan "setengah dari pantai benua yang dianggap Rusia bermusuhan".

Bahkan media Rusia menggambarkan Sarmat sebagai senjata yang mampu memusnahkan wilayah di Bumi seukuran Texas (AS) atau seukuran Prancis.

Dari segi spesifikasi, Sarmat memiliki jangkauan hingga 18.000 km dan mampu membawa 10 hingga 15 hulu ledak nuklir.

Baca Juga: Di Tengah Huru-hara Perang Rusia-Ukraina, Kekasih Gelap Putin Diduga Hamil Anak Perempuan Lagi, ReaksiSang Diktator Langsung Jadi Sorotan

Hulu ledak Sarmat dapat ditargetkan secara independen.

Memiliki mesin PDU-99 (dikembangkan dari mesin roket RD-274) menggunakan bahan bakar cair.

Sarmat dapat mencapai kecepatan Mach 20,7 setelah meninggalkan landasan peluncuran, setara dengan 25.560km/jam.

Menurut Dmitry Rogozin, Sarmat dirancang untuk menjadi "tak terkalahkan" terhadap sistem pertahanan udara Barat.

Rusia berhasil menguji coba rudal Sarmat untuk pertama kalinya pada 20 April.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa rudal baru itu diharapkan akan dikerahkan pada akhir tahun 2022.

Keputusan Putin datang dalam konteks Rusia menghadapi banyak tantangan keamanan baru, terutama ekspansi NATO.

Artikel Terkait