Tak lama, mereka pindah lagi ke Correggio, sebuah kota di Provinsi Reggio Emilia, Italia dan mulai mengalami peningkatan keuangan. Cianciulli mulai membuka sebuah toko sabun.
Selama bertahun-tahun, Cianciulli telah mengalami 17 kali kehamilan di mana tiga anaknya keguguran, dan sepuluh anaknya meninggal di usia yang masih kecil.
Peramal mengingatkan Cianciulli yang percaya takhayul bahwa ketika dia menikah dan memiliki anak, mereka semua akan mati di usia muda.
Hal ini membuat Cianciulli sangat protektif kepada empat anaknya.
Cianciulli juga sempat bertemu dengan peramal lainnya, yang mengatakan bahwa dirinya melihat penjara di tangan kanan Cianciulli dan rumah sakit jiwa di sebelah kiri.
Tahun 1939, Perang Dunia II terjadi dan Italia, yang dipimpin oleh fasis Benito Mussolini, berusaha memasuki perang di sisi Jerman.
Mereka mulai merekrut untuk menjadi bagian militer dan Giuseppe Pansardi, putra tertua Cianciulli, telah ditunjuk untuk menjadi bagian dari Angkatan Darat Italia.
Hal ini membuat Cianciulli takut kehilangan Giuseppe karena Giuseppe adalah kesayangannya.
Untuk melindunginya, Cianciulli memutuskan satu-satunya cara yang dapat melindung anaknya yaitu dengan pengorbanan manusia. Tiga korbannya adalah Faustina Setti, Francesca Soavi, dan Virginia Cacioppo.
Korban pertama adalah Faustina Setti yang merupakan kliennya sendiri. Ia mendatangi Cianciulli untuk meminta bantuan Cianciulli. Ya, Cianciulli telah menjadi seorang peramal dan memiliki reputasi yang cukup baik.
Faustina Setti adalah wanita setengah baya yang belum menikah dan ia sedang mencari seorang suami.
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR