Pada tahun 1931, Jepang menduduki wilayah Manchuria di Cina.
Pamor militer sedang tinggi saat ini dan pemerintahan Perdana Menteri Jepang Wakatsuki Reijiro, yang awalnya bangsawan, tidak tahan dengan tekanan.
Pada bulan Desember 1931, Wakatsuki Reijiro mengundurkan diri, membuka jalan bagi Inukai untuk menjadi Perdana Menteri.
Segera setelah mengambil alih kekuasaan, Inukai menghapuskan "standar emas" (kebijakan ekonomi yang menetapkan bahwa nilai uang didukung oleh emas, uang tidak dapat dicetak tanpa emas).
Untuk menghidupkan kembali ekonomi Jepang selama Depresi Hebat, Inukai menganjurkan pemotongan pengeluaran militer, meningkatkan subsidi dan reformasi ekonomi.
Pandangan Inukai sangat kontras dengan militeris Jepang, yang percaya bahwa hanya dengan menjarah sumber daya asing, pembangunan ekonomi dapat berkembang.
Berpegang teguh pada kebijakan reformasinya, Inukai mengirim orang-orang ke China untuk merundingkan diakhirinya permusuhan di Manchuria.
Dia juga menganjurkan pengurangan ukuran angkatan laut Jepang.
Tindakan Perdana Menteri Inukai mendapat reaksi keras dari militer Jepang dan menjadi penyebab utama "Insiden 15 Mei".
"Insiden 15 Mei" adalah upaya kudeta yang menggemparkan Jepang.
Insiden tersebut dilancarkan oleh elemen reaksioner angkatan laut Jepang dengan target utama Perdana Menteri Inukai.
Pada tanggal 15 Mei 1932, 11 perwira muda angkatan laut Jepang yang tergabung dalam "Persaudaraan Darah" masuk ke kediaman Perdana Menteri Jepang dan menembak serta membunuh Inukai.
Source | : | 24h.com.vn |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR