Intisari-Online.com – Alkisah, seorang Raja ingin mengumpulkan informasi dari tangan pertama, tentang perilaku rakyatnya.
Pada suatu hari, di suatu pagi, digulingkannya sebuah batu ke jalan yang sibuk. Ia bersembunyi dengan menyamar dan melihat reaksi dari orang-orang yang berjalan melewati jalan itu.
Orang pertama yang melewati jalan itu hanya mengutuk orang yang menempatkan batu itu dan pergi begitu saja. Orang kedua mengutuk Raja dan punggawanya yang tidak membuang batu itu dari jalan. Beberapa orang pergi begitu saja tanpa melihat batu itu sebagai halangan yang serius. Yang lainnya menggerutu bahwa mereka telah membayar pajak tetapi tidak mendapatkan keuntungan, lalu menyalahkan pejabat pemerintah yang tidak membereskan jalan dari halangan. Tapi tak ada satupun dari mereka yang menyingkirkan batu itu dari jalan.
Setelah beberapa saat, seorang petani miskin dan tua sedang berjalan. Ia melihat halangan itu dan memindahkan batu itu ke sisi jalan dengan usaha yang keras. Ia melihat sebuah tas dan surat di bawah batu besar itu ketika mendorongnya. Ia membuka tas dan menemukan beberapa koin emas. Surat yang ditemukan bersama koin dibacanya, dan tertulis, “Hadiah koin emas ini untuk orang yang baik yang mau menyingkirkan batu ini dan membuat jalan mudah dilalui.”
Pada saat itu, Raja mendatangi petani miskin itu dan memeluknya. Ia dihormati oleh Raja dalam sebuah upacara kerajaan. Orang-orang yang tanpa rasa sosial, yang pernah melewati jalan itu tanpa berusaha memindahkan batu, hanya menyisakan malu.
Demikianlah, Tuhan telah menyembunyikan hadiah kasih karunia-Nya bagi kita di bawah setiap kesengsaraan, kemalangan, dan rasa sakit. Ia melihat reaksi kita terhadap hambatan dalam kehidupan kita. Dengan penuh kasih-Nya, kita dapat mengatasi hambatan itu dan menerima hadiah yang lebih besar dari Tuhan yang penuh belas kasih.