Bungkus dan Penampilan

K. Tatik Wardayati

Editor

Bungkus dan Penampilan
Bungkus dan Penampilan

Intisari-Online.com – “Pak, aku hampir lupa buah pir kaleng!” ujar Diana ketika berbelanja dengan ayahnya di sebuah pasar swalayan dekat rumah. Sialnya, yang ada di rak hanya tinggal sekaleng buah pir. Itu pun kalengnya sudah tak mulus, sebagian labelnya sudah terkelupas. Untung masa kedaluarsa produk itu masih lama. Tanpa pikir panjang, Diana langsung menyambar kaleng dan menaruhnya di dalam kereta belanja.

Ayah dan anak ini meneruskan aktivitas berbelanja. Pada saat menuju kasir, mereka bertemu seorang pemuda yang sedang menemani ibunya berbelanja. Penampilan cowok ini memang agak ketinggalan zaman. Dengan tampang tidak memikat, badan kurus, dan kacamata tebalnya sering melorot ke bawah karena hidungnya pesek. Saat melihat Diana, raut muka cowok itu berbinar-binar. “Apa kabar Diana?” sapanya.

“Huh…” Yang ditanya menjawab cuek. Ketika berpapasan, Diana sengaja mendorong kereta belanjanya cepat-cepat menghindari sang pemuda yang terbengong.

“Nak, itu tadi siapa?” ayah Diana bertanya.

“Salah seorang cowok di kelasku. Sudah, Bapak jangan banyak tanya. Aku tidak suka dia!”

“Mengapa?”

“Masa, Bapak tidak bisa melihat sendiri?”

Seolah tanpa menghiraukan jawaban si anak, pria paruh baya itu lalu memungut kaleng buah yang sudah peot dari kereta belanja.

“Sayang, lihatlah barang pilihanmu. Pasti ada yang tak beres dengan buah kalengan ini. Apa tidak sebaiknya dikembalikan saja?”

“Jangan, Pak! Memang kemasannya sudah cacat, tapi buah di dalamnya masih bagus,” ujar Diana protes.

“Kamu benar, Nak,” jawab sang Ayah, “Sering kita tertipu dengan bungkus atau penampilan luar, padahal isinya bagus. Jangan lupa Nak, prinsip ini berlaku pula untuk menilai orang.” (*/djs - Intisari)