Nilai dari Sebuah Pemberian

K. Tatik Wardayati

Editor

Nilai dari Sebuah Pemberian
Nilai dari Sebuah Pemberian

Intisari-Online.com – Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum, kemudian berjalan menuju pos penjaga kuburan. "Pak, maukah Anda menemui wanita yang berada di dalam mobil itu? Menurut dokter, sebentar lagi dia akan meninggal dan dia mau bertemu bapak," ujar pria itu kepada penjaga kubur.

Ketika menemui wanita itu, penjaga kubur melihat wanita itu lemah, berwajah sedih, tidak punya pengharapan.

Sambil tetap duduk di mobil, wanita itu berkata kepada penjaga kubur, "Saya Ny. Roberts, selama ini mengirim uang tiap dua minggu sekali kepada Anda, untuk membeli bunga-bunga kemudian menaruhnya di atas makam suami dan anak saya. Hari ini saya datang untuk mengucapkan terima kasih pada Bapak."

"Ooo, jadi nyonya yang selalu kirim uang itu? Sebelumnya, saya minta maaf. Uang tersebut memang saya belikan bunga, tapi tidak pernah saya letakkan di atas makam suami dan anak nyonya," jawab penjaga kubur.

"Apa? Kenapa?!" tanya wanita itu dengan gusar.

"Ya, saya memberikan bunga-bunga itu kepada mereka yang di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai atau mereka yang sedang sedih. Mereka bahagia, menikmati keindahan, dan keharumannya," jelas pria itu.

Wanita itu terdiam dan kemudian pergi.

Tiga bulan kemudian, si penjaga kubur didatangi kembali oleh seorang wanita cantik, yang berjalan menuju posnya.

"Selamat siang, apakah Bapak masih ingat saya? Saya Ny. Roberts. Saya datang mengucapkan terima kasih. Tindakan bapak menyadarkan saya, bahwa memperhatikan mereka yang masih hidup, jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah meninggal.

Ketika saya melakukan hal yang sama, bunga-bunga itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia. Sampai saat ini, para dokter tidak tahu, kenapa saya tiba-tiba sembuh. Tapi saya yakin, bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya."

Jangalah terlalu larut dalam kesedihan. Dengan terlarut pada kesedihan yang terus-menerus tiada habis tidak akan memperbaiki yang sudah lalu, malahan akan membuat jiwa dan raga tidak sehat. Mari kita melihat dunia luar. Manfaatkan waktu juga untuk menolong sesama kita yang membutuhkan bantuan. Dengan menolong orang lain berarti kita juga menolong diri sendiri. (KBS)