'Saya Ingin Jadi Televisi!'

K. Tatik Wardayati

Editor

'Saya Ingin Jadi Televisi!'
'Saya Ingin Jadi Televisi!'

Intisari-Online.com – Seorang guru bertanya kepada murid-muridnya di sebuah sekolah dasar apa cita-cita mereka bila mereka sudah dewasa. Ada beberapa jawaban, seperti menjadi dokter, insinyur, guru, pilot, astronot, sopir, bintang film, dan lainnya.

Salah seorang murid di kelas itu memberikan jawaban yang aneh. Katanya, “Saya ingin menjadi televisi!”

Guru itu dengan semangat bertanya kepada muridnya mengapa ia memiliki keinginan seperti itu. Murid itu mengatakan, dengan air mata mengalir di pipinya, “Tidak ada orang di rumah yang melihat saya atau peduli pada saya. Setiap orang duduk di sekitar televisi. Jika ada sesuatu yang salah dengan TV, mereka segera memberikan perhatian besar dan membuat pembenaran.”

Guru yang sangat mencintai muridnya itu bertemu dengan ibu anak itu dan membahas masalah tersebut. Sang ibu dengan sombongnya mengatakan, “Suami saya adalah seorang pengusaha yang sangat sibuk. Ia tidak pernah punya waktu untuk melihat urusan anak.”

“Tapi bagaimana dengan Anda?” tanya Guru itu kepada sang Ibu.

“Apa yang Anda ketahui tentang saya? Saya presiden klub perempuan dan kami memiliki beberapa kegiatan sosial yang penting dan komitmen. Saya harus menghadiri pertemuan kami sehari-hari dan merencanakan kegiatan kami.”

Guru itu sekarang mengetahui mengapa anak muridnya itu mersa kesepian dan ditinggalkan sendiri di rumah.

Seorang pengusaha sibuk pergi jauh dari rumah setiap pagi dan kembali setelah larut malam. Ketika di rumah, ia sibuk dengan komputernya untuk menjalankan kegiatan bisnisnya. Ia tidak memiliki waktu bersama anggota keluarganya. Setiap hari, ketika ia meninggalkan rumah, ia memberikan anaknya beberapa koin sebagai uang saku. Anak itu menyimpan uang di celengannya.Suatu hari, ketika pengusaha itu mengucapkan selamat tinggal dengan tergesa-gesa dan mulai masuk ke mobilnya, anaknya memegang lengan ayahnya dan bertanya, “Ayah, berapa banyak uang yang Anda hasilkan dalam satu jam dari bisnis Anda?” Meskipun terkejut, sang ayah memberi perkiraan kasar dari penghasilannya. Maka anak itu mengambil celengannya, memecahkannya, dan menyerahkan isinya kepada ayahnya, sambil berkata, “Ayah, ambil semua uang ini, dan sebagai imbalannya, tinggallah dengan saya selama beberapa waktu!”

Martin David Buxbaum (1912 – 1991), editor Marriot “Table Talk”, mengatakan bahwa keberhasilan dalam pengasuhan tidak diukur oleh hadiah mahal dan fasilitas yang dapat diberikan kepada anak. Ukuran keberhasilan nyata adalah soal menghabiskan waktu dengan anak. Ini adalah cara anak-anak dapat menggambarkan orangtua mereka ketika mereka sedang berbicara dengan seorang teman.

Dengan kata lain, dalam membesarkan anak, orangtua harus menghabiskan setengah uang mereka dan dua kali lebih banyak dari waktu mereka. Anak-anak membutuhkan kehadiran orangtua lebih daripada hadiah yang diberikan.