Intisari-Online.com – Ketika George Washington masih kecil, ia tinggal di sebuah peternakan dengan keluarganya. Ayahnya memiliki sebuah kebun pohon buah-buahan. Ia menanam pohon ceri dan mengatakan kepada semua orang untuk berhati-hati dan tidak mengganggunya sementara pohon itu tumbuh.
Suatu hari, George kecil mendapat hadiah sebuah kapak baru. Ia sangat antusias dan ingin mencobanya. Maka ia mulai memotong dan memotong apa saja yang dilihatnya. Dalam kegembiraannya itu, ia juga menebang pohon ceri tanpa menyadarinya. Tak lama kemudian, ayahnya menemukan bahwa pohon cerinya telah ditebang dan ia sangat marah. Ia mendesak untuk mengetahui siapa yang telah melakukannya, tapi tidak ada yang tahu apapun tentang hal itu.
Akhirnya, ia bertanya pada George. George gemetar ketakutan tapi ia memutuskan untuk tidak berbohong. Ia mengumpulkan keberanian dan berkata, “Saya melakukannya dengan kapak saya,”
Ayahnya bertanya, “Tetapi mengapa kau memotong pohon itu padahal saya sudah mengatakan untuk berhati-hati dengan pohon ceri itu?”
“Saya bermain dengan kapak dan saya tidak berpikir. Saya sangat menyesal, Ayah. Setelah ini, Saya akan selalu berpikir sebelum bertindak.”
Meskipun ayah George menyesal karena kehilangan pohon cerinya, tetapi ia senang karena George cukup memiliki keberanian dan bertanggung jawab atas tindakannya dengan berani. Katanya, “Saya senang kau mengatakan yang sebenarnya. Kebenaran adalah kualitas Tuhan. Kau harus selalu berlatih.” George tidak pernah melupakan kata-kata ayahnya itu.
Dan dengan kualitas serta cinta akan kebenaran, ia kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat.
Demikianlah, kita cenderung untuk berbohong untuk keluar dari rasa takut atas kemungkinan yang terjadi jika kita mengatakan yang sebenarnya. Dengan latihan spiritual, ketakutan kita akan mulai berkurang dan kita mengembangkan kualitas hebat untuk selalu berbicara kebenaran dan keberanian.