Tuhan dan Kemewahan

K. Tatik Wardayati

Editor

Tuhan dan Kemewahan
Tuhan dan Kemewahan

Intisari-Online.com – Alkisah seorang bijak tinggal di sebuah pertapaan di hutan. Ia juga menguasai ilmu Ayurveda, sebuah sistem pengobatan populer. Ia memberikan bantuan pengobatan gratis kepada orang-orang miskin di desa tetangga. Ia memiliki beberapa murid yang tinggal bersamanya dan belajar di bawah bimbingannya.

Pada suatu malam hujan badai, seorang pemuda bergegas ke pertapaannya dan meminta bantuan untuk menyelamatkan ayahnya, seorang warga miskin yang sakit parah. Ia aktif dalam festival kuil lokal, tiba-tiba pingsang dan tak sadarkan diri..

Orang bijak itu mengumpulkan obat-obatan yang diperlukan dan meminta salah satu muridnya untuk menemani mereka. Ia menyalakan lampu minyak tradisional dan menyerahkan kepada muridnya, “Bawa dengan hati-hati karena malam gelap dan berangin. Lihat, jangan sampai padam oleh angin dan minyak tidak tumpah dari lampu.”

Murid itu memimpin jalan sambil membawa lampu dengan hati-hati. Orang bijak dan pemuda tadi mengikuti. Mereka sampai di ujung hutan dan melanjutkan perjalanan sepanjang jaaln sempit menuju desa. Mereka bisa melihat dari kejauhan candi yang diterangi dan dihias indah sehubungan dengan festival kuil. Mereka sampai di rumah pasien. Orang bijak itu memeriksa pasien secara rinci dan memberinya semua obat-obatan yang diperlukan. Ia memberikan arah kepada anggota keluarga dan memulai perjalanan pu lang. Ia pun menawarkan diri untuk membawa lampu minyak dan muridnya mengikuti.

Pada saat mencapai pertapaan, orang bijak itu bertanya kepada muridnya tentang dekorasi yang dilihatnya di jalan. Dengan polos, muridnya mengatakan bahwa ia tidak melihat dekorasi apapun karena ia berhati-hati menjaga lampu dari angin dan kemungkinan minyak tumpah. Tapi ia bisa melihat dan menikmati setiap perjalanan selama perjalanan pulang.

Orang bijak itu kemudian berkata kepadanya, “Kau tidak bisa menikmati perjalanan ketika berkonsentrasi pada lampu. Tapi ketika perhatianmu tidak pada lampu, kau bisa menikmati perjalanan. Inilah pelajaran penting tentang kehidupan rohani. Kita tidak bisa memberikan perhatian yang sama kepada Tuhan dan emas. Jika kita ingin bersatu dengan Tuhan, maka kita harus menghindari keduniawian. Jika kita tenggelam dalam kesenangan duniawi, kita tidak bisa menyenangkan Tuhan. Jika tujuan kita adalah hidup murni dan suci, tinggalkan semua kepentingan dalam mengumpulkan kekayaan dan fokus pada sekolah, meditas, dan melayani masyarakat miskin, berlatih kemiskinan, dan penghematan dengan ketulusan.”