Advertorial
Intisari-Online.com - Selama Dinasti Qing pernikahan juga dianggap sebagaimomen penting dalam hidup seseorang.
Biasanya, calon akan dipilih secara pribadi oleh kaisar dan permaisuri.
Tak sembarangan, ada kriteria khusus yang harus dipenuhi sepertilatar belakang keluarga, penampilan, pendidikan, bakat, dan kesehatan, serta usia.
Mereka harusberasal dari keluarga bangsawan danjuga harus cantik, berbakat, berpendidikan.
Dinasti Qing mempekerjakan pelayan istana khusus untuk memastikan calonselir mereka sebelum menikah.
Untuk memastikan kualitas ini, pelayan juga memeriksa apakah selir cukup sehat secara seksual untuk mendapatkan jalan ke pernikahan.
Menurut catatan, untuk menguji kemampuan ini dilakukan dengan cara 'kontak fisik' dengan para calon selir selama lebih dari 10 hari atau hingga satu bulan.
Setelah melewati jangka waktu ini, 'pelayan kumpul kebo' akan melaporkan hasil kesehatan seksual para calon untuk melihat apakah mereka layak menjadi selir.
Jika pelayan istana mengumumkan bahwa mereka memiliki kapasitas fisiologis yang normal, maka keluarga kerajaan akan menyetujui pernikahan informal.
Sebaliknya jika tidak lolos maka pernikahan dibatalkan.
Untuk memastikan keakuratan dan keandalan informasi, juga ada metode yakni melakukan tes ciuman.
Selain bertugas 'mencoba' selir, pelayan istana ini juga harus membimbing dan mengajarkan 'rahasia kehidupan ranjang' untuk rumah tangga yang lebih memuaskan.
Persyaratan untuk pemilihan 'wanita yang tinggal bersama' juga sangat ketat.
Mereka tidak hanya harus cantik, sopan, patuh, tapi juga harus memahami rahasia kamar tidur, memahami maknanya.
Menurut keluarga kerajaan Qing, dengan cara ini, mereka dapat memastikan bahwa pasangannya benar-benar sehat.
Jika selama masa 'hidup bersama,' calon selir ini ada yang hamil mereka harus minum obat aborsi seperti kelinci percobaan untuk keluarga kerajaan.
(*)