Intisari-Online.com - Suatu ketika seorang lelaki tua terbaring lemah di rumah sakit. Setiap hari, ada seorang pemuda yang menengoknya dan menghabiskan waktu berjam-jam bersama lelaki tua itu.
Pemuda itu menyuapi, membersihkan badan, dan mengajak laki-laki tua itu berjalan di taman dengan telaten. Setelah sang lelaki tua tinggal istirahat, barulah ia pulang. Perawat yang melihat hal itu selalu memuji sang pemuda dan berkata betapa beruntungnya lelaki itu memiliki anak yang berbakti.
Lelaki itu memandang sang perawat dan dengan nada sedih ia berkata, "Pemuda itu bukan anakku. Ia dulunya adalah seorang anak yatim piatu yang tinggal di dekat rumah saja. Di hari kematian ayahnya, ia duduk di dekat kubur sang ayah hingga sore. Saya memberinya permen dan menghiburnya. Setelah itu saya tak pernah lagi berbicara dengannya."
"Bertahun-tahun kemudian anak itu ternyata telah sukses. Ia kembali mencari saya dan menemui saya dan istri yang hanya hidup berdua. Ketika kami makin tua dan tak bisa mandiri, ia mengajak kami berdua tinggal di rumahnya. Ia merawat kami dengan baik dan selalu membawa ke rumah sakit secara rutin untuk memeriksakan diri.
Satu ketika saya bertanya padanya, "Nak, mengapa kamu begitu baik pada kami berdua?" Pemuda itu lalu menjawab bahwa manisnya permen di hari kematian ayahnya masih terasa hingga saat ini.