Mana yang Lebih Membahagiakan?

K. Tatik Wardayati

Editor

Mana yang Lebih Membahagiakan?
Mana yang Lebih Membahagiakan?

Intisari-Online.com – Mana yang lebih membahagiakan? Tidur di hotel bintang lima, menonton film di bioskop, makan enak; atau bekerja keras mati-matian menolong korban bencana alam, tidur di tenda, makanan tidak bersih banyak lalat, tapi berhasil menyelamatkan orang dari reruntuhan gempa bumi?

'Kebahagiaan' sering dimaknai berbeda-beda oleh setiap orang, tetapi kita paham ketika kita merasakannya. Ada kenyamanan, ada kenikmatan, ada perasaan damai, atau sebuah angin segar yang kebetulan datang tersenyum pada jiwa kita. Kebahagiaan dan kesuksesan tidak selalu datangnya berbarengan. Sukses punya cerita dan makna yang sering jauh lebih sulit di definisikan.

Ujung setiap pencarian kehidupan sebenarnya adalah kebahagiaan, dan pengejaran kesuksesanpun sebenarnya ke arah kebahagiaan.

Menurut Martin Seligman ada 3 bentuk kebahagiaan, yang mempunyai makna dan arti sedikit berbeda:

The Pleasant Life, Kehidupan yang nyaman, adalah kebahagiaan yang didapat karena kenikmatan kelima indera kita. Makan enak, baju bagus, ranjang yang enak, dengar symphony, pijat spa, nonton bioskop, hotel bintang lima, semua ini memberikan kenikmatan 'indera' kita. Rumah bagus, mobil mewah, villa di bukit, dan seringnya keluar negeri untuk jalan-jalan, adalah bagian dari kebahagiaan model ini.

The Good Life, Kehidupan yang baik, adalah kebahagiaan yang didapat karena hal-hal yang kita kerjakan menyenangkan. Kerja yang kita sukai, membuat kita lupa waktu dan senang sekali dalam menyelesaikannya. Tugas selesai sesuai jadwal, dihormati para bawahan, dan dipuji atasan, dan semua selesai dengan sangat baik dan menyenangkan. Walau hidup tidak mewah dan jabatan bukan tinggi, tapi hidup membahagiakan.

The Meaningful Life, Kehidupan yang berarti, adalah kenikmatan karena kita mampu mengerjakan sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri. Kita bisa menolong orang yang kena bencana, kita memandang puas pada murid kita yang jadi sukses, kita bangga dengan anak kita yang mampu menjadi 'orang', kita bangga dengan kesebelasan sepak bola kesukaan kita. Kita melihat orang yang kita cintai berbahagia, membuat kita menemukan arti dari perjalanan kehidupan ini.

Hal yang termudah untuk mendapatkan kebahagiaan ketika kita sedang 'sedih' atau 'sengsara' adalah dengan memakai The Pleasant Life: makan enak, beli baju mahal, berjalan jalan keluar negeri, beli mobil mewah, dan seterusnya. Tetapi ini tidak tahan lama, dan membuat kita 'ketagihan' dengan tingkat kepuasan yang merendah setiap saat melakukannya lagi. Karena indera kita semakin bebal merasakan kenikmatannya.

Seorang sopir taksi bekerja keras delapan tahun tanpa mengenal lelah, sampai suatu saat mampu mengajak istri dan kedua orang tuanya naik haji, dan terbayarlah semua kelelahan itu dan kebahagiaannya mengalir terus sampai bertahun tahun kemudian.

Keseimbangan dalam memilih apa yang harus kita lakukan untuk menjadi bahagia, adalah kuncinya. Kita menikmatkan diri kita, tapi juga mencoba menikmati apa yang kita lakukan, dan mencari makna hidup dalam kehidupan kita. Tujuan akhir kehidupan adalah kebahagiaan, dari manapun datangnya bahagia itu. (KBS)