Hanya Satu Gerakan

K. Tatik Wardayati

Editor

Hanya Satu Gerakan
Hanya Satu Gerakan

Intisari-Online.com – Seorang anak berumur 10 tahun memutuskan untuk belajar judo meskipun ia telah kehilangan lengan kirinya dalam kecelakaan mobil fatal.

Anak itu mulai mendapatkan pelajaran dari master judo tua berasal dari Jepang. Anak itu melakukan dengan baik, namun ia tidak memahami mengapa hingga tiga bulan ini master tua itu hanya mengajarkan satu gerakan.

“Sensei (Guru, dalam bahasa Jepang),” akhirnya anak itu berkata, “Apakah saya tidak diajarkan lebih banyak gerakan?”

“Ini adalah satu-satunya gerakan yang kau tahu, tapi ini adalah satu-satunya gerakan yang perlu kau tahu,” Sensei menjawab.

Tidak cukup mengerti, tapi percaya pada gurunya, anak itu terus berlatih. Beberapa bulan kemudian, sensei mengajak anak itu ke turnamen pertamanya.

Sangat mengejutkan, anak itu dengan mudah memenangkan dua pertandingan pertamanya. Pertandingan ketiga ternyata lebih sulit, tapi setelah beberapa waktu, sang lawan menjadi tidak sabar dan menyerang; anak itu dengan cekatan menggunakan jurus satu gerakannya untuk memenangkan pertandingan. Masih heran dengan kesuksesannya, anak itu sekarang masuk ke babak final.

Kali ini, lawannya lebih besar, lebih kuat, dan lebih berpengalaman. Untuk sementara, anak itu terlihat tidak sepadan. Khawatir anak itu mungkin akan terluka, wasit memberi time-out.

Wasit akan menghentikan pertandingan ketika sensei akhirnya turun tangan. “Tidak!”, sensei bersikeras. “Biarkan ia melanjutkan.” Setelah pertandingan dilanjutkan, lawannya membuat kesalahan kritis; ia menjatuhkan penjaga. Seketika, anak itu menggunakan gerakannya untuk melumpuhkan lawannya. Anak itu pun memenangkan pertandingan dan turnamen pertamanya itu.

Anak itu menjadi juara! Dalam perjalanan pulang, anak itu dan sensei mengulas gerakan dalam setiap pertandingan. Kemudian anak itu memberanikan diri untuk bertanya apa yang sebenarnya ada di pikirannya.

“Sensei, bagaimana mungkin aku memenangkan turnamen hanya dengan satu gerakan?”

“Kau menang karena dua alasan,” jawab sensei. “Pertama, kau sudah hampir menguasai salah satu teknik yang paling sulit. Dan kedua, pertahanan yang dikenal lawan hanyalah gerakan untuk meraih lengan kirimu.”

Rupanya kelemahan terbesar anak itu telah menjadi kekuatan terbesarnya.

Kadang-kadang kita merasa bahwa kita memiliki kelemahan tertentu dan kita menyalahkan Tuhan atas keadaan diri karena itu. Tapi kita tidak pernah tahu bahwa kelemahan kita bisa menjadi kekuatan kita pada suatu hari.

Masing-maging kita adalah khusus dan penting, sehingga jangan pernah berpikir memiliki kelemahan apapun, jangan pernah memikirkan kebanggaan atau sakit, hanya jalani saja hidup kita secara penuh dan yang terbaik.