Intisari-online.com - Pembayar pajak dan pengguna gas di Jerman harus membayar total 5,4 miliar dollar AS (Rp78 triliun) lebih per tahun untuk mengganti pasokan dari Rusia.
Pada bulan Mei, Rusia berhenti memasok gas ke Gazprom Germania, anak perusahaan Jerman dari raksasa energi Rusia Gazprom.
Sebelumnya, pada bulan April, Jerman mengumumkan pengendalian Gazprom Germania untuk memastikan pasokan gas.
Sementara perusahaan induk Gazprom mengumumkan untuk menarik diri dari perusahaan ini.
Regulator energi Jerman Bundesnetzagentur, sebagai wali amanat, harus membeli gas di pasar untuk menggantikan pasokan dari Rusia.
Ini guna memenuhi kontrak pemasokan perusahaan jasa energi dan pemasok gas di negara tersebut.
Surat kabar Jerman Welt am Sonntag pada tanggal (5/6) mengutip perwakilan industri energi yang mengatakan bahwa membeli gas alternatif dapat merugikan Jerman sebesar 5,4 miliar dollar AS per tahun.
Pemasok energi dan penduduk mungkin harus menanggung biaya ini melalui pajak gas mulai Oktober.
Seorang juru bicara Kementerian Ekonomi Jerman memperkirakan bahwa tambahan 10 juta meter kubik gas per hari akan dibutuhkan untuk menggantikan pasokan dari Rusia.
"Gas ini dibeli di pasar dan dengan harga pasar," kata juru bicara Kementerian Ekonomi Jerman melalui email kepada Reuters.
Jerman telah mengkritik kampanye militer Rusia di Ukraina dan bergabung dengan sekutunya dalam menjatuhkan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Moskow.
Namun, ekonomi terbesar Eropa tetap bergantung pada gas Rusia, menuai kritik atas "pendanaan" negara itu dari pemerintahan Presiden Vladimir Putin dan kampanye militer Moskow.
Pasokan gas dari Rusia memenuhi sekitar 35% dari konsumsi di Jerman.
Pada (3/6), Uni Eropa (UE) menyetujui paket keenam sanksi terhadap Rusia, termasuk embargo minyak.
Secara bertahap menghilangkan impor minyak mentah Rusia dan minyak sulingan melalui laut selama periode tersebut, sebelum mengeluarkan larangan gas Rusia.