Intisari-Online.com – Alkisah, hiduplah seorang kakek yang bijaksana di sebuah desa. Di depan rumahnya terdapat pohon pepaya yang lebat buahnya. Ia menunggu hingga buah-buah itu matang sebelum memanennya.
Sayang, ketika buah-buah pepaya itu sudah matang dan siap dimakan, tetiba saja pepaya-pepaya itu hilang. Ia kemudian menjadi murung. Melihat suaminya yang jadi berdiam diri, sang istri berkata, “Yang dicuri orang itu hanyalah buah pepaya! Mengapa engkau begitu bersedih? Sudah relakan saja. Toh pohon itu akan berbuah lagi!”
Sang kakek kemudian menjawab, “Aku bukan sedih karena pepaya yang hilang. Aku justru sedang berpikir betapa sulitnya pencuri itu mengambil pepaya di kebun kita. Mengapa ia harus mengambilnya sembunyi-sembunyi di tenah malam? Tentu sangat berbahaya untuk memanjat malam-malam saat gelap dan berusaha tidak ketahuan orang lain!”
Kakek itu kemudian melanjutkan lagi, “Lain kali biarlah aku meletakkan tangga di sebelah pohon pepaya itu ketika buahnya sudah masak. Semoga orang yang menginginkannya bisa mengambi dengan mudah dan aman!”
Beberapa bulan berlalu dan pohon pepaya itu pun berbuah lagi. Kali ini, sang kakek sudah siaga. Ia menyiapkan tangga di sebelah pohon pepaya. Anehnya, ketika buah pepaya sudah sangat matang bahkan sedikit terlalu matang, tak ada satu buah pun yang hilang. Kakek itu pun bingung mengapa kali ini ketika sudah ada tangga justru tak seorang pun datang mengambil pepaya di kebun depan rumahnya?