Intisari-Online.com – Selama ribuan tahun, dinasti Mesir Kuno meletakkan bangsawan mereka untuk beristirahat di bawah pasir gurun, sering kali mengelilingi mereka dengan harta dan pernak-pernik untuk dibawa serta ke alam baka.
Pemakaman untuk kota kuni Memphis berlangsung di sebuah nekropolis besar sekitar 24,14 km barat daya Kairo.
Saat ini, tempat di mana mereka menguburkan orang mati adalah situs arkeologi Saqqara, dan skala besar kota kuno orang mati masih menjadi fokus.
Temuan yang baru terungkap ini akan membantu para peneliti yang mengungkapkan sejumlah besar artefak dari situs tersebut, termasuk ratusan sarkofagus kuno tempat orang-orang Mesir Kuno yang meninggal dikuburkan.
Para arkeolog dari Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir mengumumkan penemuan lebih dari 250 sarkofagus, 150 patung perunggu, dan berbagai barang antik lainnya dari situs tersebut.
Benda-benda yang sangat terpelihara dengan baik di pekuburan itu masih dalam kondisi batik, bahkan berwarna-warni, menurut para peneliti.
Daftar penemuan termasuk patung perunggu yang menggambarkan dewa Mesir Kuno, termasuk Anubis, Osiris, Nefertem, Isis, dan Hathor.
40 peti mati kayu dengan mumi disegel di dalamnya, bukti pemakaman bersama dengan pernak-pernik dan perhiasan perunggu dan kuningan, dan banyak lagi.
"Kami menemukan dua patung kayu yang indah dengan wajah emas dewa Isis dan Neftis, yang disebut sebagai pelindung peti mati," kata direktur penggalian Mohamed Al Saidi kepada CBS News.
"Mereka berada dalam posisi duduk 9dengan satu peti mati, salah satunya di dekat kepala peti mati dan yang lainnya di dekat kaki, dalam posisi yang disebut 'pelayat' atau 'penyapu' untuk almarhum."
Temuan lain di situs tersebut dapat mengungkapkan lebih banyak lagi tentang praktik pemakaman Mesir kuno.
Di dalam peti mati yang dilindungi oleh Isis dan Neftis, tim arkeolog juga menemukan gulungan papirus yang diperkirakan panjangnya mencapai 30 kaki yang dapat berisi bagian-bagian dari "Kitab Orang Mati",
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR