Intisari - Online.com - Total 18 pesawat angkatan udara telah memasuki zona pertahanan udara Taiwan, seperti sudah disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Taiwan.
Taiwan menuduh militer China melakukan serangan udara massal ke zona pertahanan udara pulau itu.
Armada 18 pesawat Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), termasuk dua pesawat H-6 berkemampuan nuklir memasuki zona itu pada Jumat, kata Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan.
Pesawat-pesawat pengebom berkemampuan nuklir itu didampingi oleh sebuah pesawat anti-kapal selam Y-8, pesawat peringatan dan pengintaian udara KJ-500, serta 12 jet tempur J-11 dan J-16.
Serangan itu mendorong perebutan jet tempur Taiwan dan aktivasi sistem rudal anti-pesawat "untuk memantau aktivitas" armada udara China.
Pesawat itu, bagaimanapun, tidak memasuki wilayah udara yang diklaim Taiwan sebagai miliknya.
Militer China, sejauh ini, tetap diam dalam bentrokan dengan militer pulau itu.
Beijing, yang memandang Taiwan sebagai bagian integral dari wilayahnya di bawah kebijakan 'Satu China', telah secara teratur mengerahkan kekuatan militer di dekat pulau itu, membuainya dengan unit-unit pesawat besar dan mengirimkan kapal perang.
Taiwan telah memiliki pemerintahan sendiri sejak 1949, ketika sisa-sisa pemerintah nasionalis meninggalkan daratan setelah kekalahan mereka dalam perang saudara, tetapi tidak pernah secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan dari China.
Negara kepulauan itu tetap menjadi sumber ketegangan yang konstan antara Beijing dan negara-negara Barat, terutama AS, yang telah lama menyatakan komitmennya untuk melindungi “kemerdekaan” Taiwan.
Seperti kebanyakan negara, AS tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taipei tetapi menikmati kerjasama militer yang erat dengan pulau itu.
Beijing telah berulang kali memperingatkan Washington agar tidak bergaul dengan Taiwan, karena menganggap setiap kegiatan asing di sekitarnya sebagai pelanggaran prinsip 'Satu China' dan mencampuri urusan dalam negerinya.
KOMENTAR