Intisari-Online.com -Sekilas, kedai ini mengingatkan kita pada suasana dapur umum yang digambarkan dengan apik oleh Y.B. Mangunwijaya alias Romo Mangun dalam novelnya, Burung- burung Manyar. Tapi percayalah, ini bukan umum zaman agresi militer; ini adalah Kedai Rakjat Djelata tempatnya resep-resep baheula ala Abdi Dalem.Tempatnya sederhana, di depannya berdiri beberapa orang berbaju Tentara Kemanan Rakyat—sekarang TNI—membawa replika senjata laras panjang. Belakangan diketahui, mereka adalah anggota kelompok sebuah komunitas tempo dulu Yogyakarta yang biasa mampir ke kedai tersebut.Sementara itu, di dalamnya banyak orang hilir mudik melayani orang untuk makan atau sekadar "wedangan"—istilah bahasa Jawa untuk menyebut aktivitas minum-minum. Para pelayan mengenakan baju tematik tempo dulu: pelayan laki-laki mengenakan surjan—sebagian mengenakan batik—sementara pelayan perempuan mengenakan kebaya dengan jarik selutut.Kesan ndeso (kampung) langsung tertangkap dengan adanya dua kurungan ayam yang digantung berjauhan. Masuk ke dalam, banyak perabotan dapur yang digantung “sembarangan”, mulai wajan, susuk, tempat nasi, ayakan, centong, dll. Untuk membuat kesan semakin jadul, beberapa foto lama yang dicomot dari internet dipampang di beberapa sudut ruangan.Gambaran kuno lainnya terlihat dari beberapa perabot yang digunakan untuk menyuguhi tamu yang datang. Hampir tidak ada piring beling atau kaca di kedai itu, seluruhnya menggunakan piring berbahan seng. Untuk tempat minum, selain gelas-gelas besar seperti yang banyak ditemui di warung-warung angkringan, ada juga mug hijau terbuat dari besi khas yang digunakan orang-orang zaman dahulu ngeteh.Pendirinya, Mia Adiyati, 35, mengklaim, inilah warung pertama di Yogyakarta yang menyajikan menu-menu khas Abdi Dalem atau para staf di Keraton Yogyakarta. Selain tampilannya yang sangat jadul, yang paling menarik dari kedai ini adalah upayanya untuk mendokumentasikan kembali resep-resep baheula ala Abdi Dalem yang hampir punah.