Amerika Jor-Joran Berikan Gelontoran Senjata Pada Ukraina, Siapa Sangka China yang Tak Ada Sangkut Pautnya Kena Getahnya Juga, Negeri Panda Langsung Bongkar Niat Busuk Amerika Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Senjata nuklir
Ilustrasi - Senjata nuklir

Intisari-online.com - Sebagai negara adi kuasa, Amerika menjadi negara penyuplai senjata terbanyak bagi Ukraina.

Selain itu, paket bantuan militer ini sangat berguna bagi Ukraina, untuk bertahan melawan gempuran Rusia.

Meski demikian, ternyata ada beberapa pihak mencurigai niat Amerika, jorjorangelontoran senjata pada Ukraina.

Rupanya, paket bantuan militer AS yang besar yang dikirim ke Ukraina tidak hanya mengkhawatirkan Rusia tetapi juga China.

Pada tanggal (29/4), kementerian luar negeri China menuduh AS "tidak peduli" tentang perdamaian di Ukraina.

Tetapi hanya berusaha untuk membiarkan konflik berlarut-larut "selama mungkin".

"Sementara masyarakat internasional menyerukan diakhirinya permusuhan, Amerika Serikat telah menuangkan bahan bakar ke api dengan menunjukkan kesediaannya untuk menyediakan senjata ke Ukraina sampai akhir," kata Zhao Lijian, juru bicara kementerian luar negeri China.

"Tujuan Amerika bukanlah perdamaian. Mereka ingin memastikan bahwa konflik di Ukraina akan berlangsung lama. Saat AS menyatakan dirinya, ia ingin melemahkan Rusia," tuding juru bicara China.

Baca Juga: Jadi Senjata yang Paling Digunakan dalam Perang, China Berhenti Jual Drone di Rusia dan Ukraina Karena Dituduh ‘Membunuh’ Warga Sipil, Putin Langsung Rugi Bandar!

"Mengenai apakah Amerika membawa perdamaian atau konflik, keamanan atau kekacauan, saya pikir kita semua tahu jawabannya," kata juru bicara Zhao.

Pada (25/4), Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan bahwa dengan memberikan bantuan ke Ukraina, Washington ingin melihat "Rusia melemah ke titik di mana ia tidak dapat melakukan apa yang biasa dilakukan dengan Ukraina".

Pada (28/4), Presiden AS Biden meminta Kongres AS untuk menyetujui paket bantuan tambahan senilai 33 miliar dollar AS untuk Ukraina.

Sejak (24/4), AS telah menghabiskan lebih dari 3,7 miliar bantuan militer ke Ukraina.

Pada (29/4), Bank Sentral Rusia mengatakan bahwa ekonomi negara itu diperkirakan akan menyusut 8%-10% pada tahun 2022.

Menurut badan tersebut, penurunan ekonomi Rusia dimulai pada Maret 2022, setelah Moskow mengumumkan operasi militer di Ukraina dan dikenai sanksi berturut-turut dari Barat.

"Perusahaan Rusia menghadapi kesulitan yang signifikan dalam sumber dan produksi. Pasar eksternal masih memiliki banyak tantangan dan keterbatasan bagi perekonomian Rusia," kata Bank Sentral Rusia.

Pada awal April, Bank Dunia (WB) memperkirakan bahwa PDB Rusia akan menyusut 11,2% tahun ini, sedangkan angka Dana Moneter Internasional (IFM) adalah 8,5%.

Artikel Terkait