Diangkat Sebagai Raja Boneka Pada Usia 13 Tahun, Inilah Toghun Temur, Kaisar China yang Selama Pemerintahanya Malah Munculkan Kekacauan, Bencana Alam Hingga Pemberontakan Merajalela

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi Toghun Temur.
Ilustrasi Toghun Temur.

Intisari-online.com - Toghun Temür (1320-1370), Kaisar Shun, adalah kaisar ke-11 dan terakhir dari Dinasti Yuan (1260-1368).

Dia naik takhta pada tahun 1333 ketika dia baru berusia 13 tahun, kemudian menjadi raja boneka.

Semasa pemerintahannya, Toghun Temurdikenang sebagai orang bebal yang hanya memiliki minat kuat pada seks.

Kaisar Shun terlibat dalam pembelajaran keterampilan seksual, dan menyukai seks berkelompok di istana.

Dia memiliki panggung megah yang dibangun untuk memuaskan keinginannya menonton pertunjukan tari siang dan malam.

Dia menganjurkan diskriminasi nasional dan kebijakan penindasan terhadap Han.

Ia juga memerintahkan rekan-rekannya untuk membantai orang-orang Han dengan nama keluarga Zhang, Wang, Liu, Li dan Zhao.

Pada masa pemerintahannya, pergulatan politik di istana semakin sengit, dan penguasa yang mengendalikan Toghun Temur yaitu Bo Yan, Tuo Tuo dan Ha Ma.

Baca Juga: Kisah Cintanya dengan Kaisar Guangwu Pendiri Dinasti Han Timur Jadi Legenda, Inilah Permaisuri Yin Lihua, yang Dihormati dan Dicintai Sebagai Permaisuri Teladan, Tak Pernah Punya Sifat Cemburu

Mereka adalah biang keladi yang menjerumuskan administrasi negara ke dalam kekacauan.

Utusan kekaisaran yang korup yang dia kirim berhasil membuat sarang mereka dengan menjarah dari pejabat lokal, yang pada gilirannya mengenakan pajak yang berat pada rakyat.

Sejak akhir tahun 1340-an, orang-orang di pedesaan sering mengalami bencana alam, kekeringan, banjir, dan kelaparan yang terjadi kemudian.

Kurangnya kebijakan pemerintah yang efektif menyebabkan hilangnya dukungan dari masyarakat.

Pedagang garam gelap yang tidak terpengaruh oleh monopoli garam pemerintahmelakukan pemberontakan pada tahun 1348, memicu banyak pemberontakan di sekitar kekaisaran.

Di antara mereka adalah Pemberontakan Sorban Merah, yang dimulai pada 1351 dan tumbuh menjadi kekacauan nasional.

Sebagian besar Kabupaten Putian dikuasai oleh pemberontak Cina.

Pada tahun 1354, ketika Toqto'a memimpin pasukan besar untuk menumpas pemberontak Sorban Merah, Toghun Temür tiba-tiba memecatnya karena takut dikhianati.

Hal ini mengakibatkan pemulihan kekuasaan Toghun Temür tetapi juga melemahnya pemerintah pusat dengan cepat.

Jadi dia tidak punya pilihan selain mengandalkan kekuatan panglima perang lokal.

Toghun Temür secara bertahap kehilangan minat dalam politik dan berhenti campur tangan dalam perjuangan politik.

Putranya Biligtü Khan, yang menjadi Putra Mahkota pada tahun 1353, berusaha merebut kekuasaan dan berkonflik dengan para pembantu Toghun Temür, yang mendominasi politik.

Selama ini kekuasaan dijalankan oleh Lady Ki. Kepala Permaisuri Lady Ki dan menterinya membujuk Biligtü Khan untukturun takhta.

Toghon Temür tidak dapat mendamaikan perselisihan itu tetapi mengeksekusi menteri.

Pada tahun 1364, panglima perang yang berbasis di Shanxi, Bolad Temür, menduduki Khanbaliq dan mengusir Putra Mahkota dari pangkalan musim dingin.

Dalam aliansi dengan panglima perang yang berbasis di Henan, Köke Temür, Biligtü Khan mengalahkan Bolad Temür di tahun berikutnya.

Perjuangan internal ini mengakibatkan semakin melemahnya kekuatan politik dan militer pemerintah pusat.

Pada tahun 1365, Toghun Temür akhirnya mempromosikan Lady Ki yang sangat dicintainya menjadi Permaisuri Pertama dan mengumumkan bahwa putranya akan menjadi yang pertama sebagai suksesinya.

Namun, situasinya tak membaik dan justru kondisi kerajaan semakin memburuk dengan munculnya pemberontakan.

Pada tahun 1367, pasukan yang dipimpin oleh Zhu Yuanzhang merebut ibu kota Yuan, Dadu (sekarang Beijing).

Kaisar Shun melarikan diri ke Yingchang (barat daya Dalinuoer di Mongolia Dalam hari ini), di mana ia meninggal karena diare pada tahun 1370.