Intisari-Online.com - Pulau Alcatraz yang terletak di seberang Kota San Francisco merupakan objek wisata yang cukup menarik. Di situ wisatawan dapat melihat, merasakan, bahkan mendengar suasana hiruk pikuk serta suara penjahat terkenal lewat walkman yang disewakan.
Begitu sampai di pulau ini, para pengunjung digiring pemandu wisata melihat-lihat penjara yang cukup seram itu. Di situ pun ada toko buku dan toko cenderamata. Bahkan di situ duduk Jim Quillen, kakek mantan napi Alcatraz tahun 1942 -1952. Di depan meja tulisnya tertera kertas bertuliskan, "Maaf, tidak melayani tanda tangan atau wavvancara selain pembeli buku karangan saya". Harganya? AS 13 (± Rp 27.111,- kurs tahun 1994). Pengunjung pun antre untuk meminta tanda tangan dan berfoto bersama. Jim Quillen memang berkantor di situ dan sudah menjadi bagian dari industri pariwisata Amerika.
Bagaimana cerita Quillen soal penjara Alcatraz? Alcatraz from Inside yang dikarangnya membeberkan hal itu.
Pemandangannya amat indah
Tak heran bila ruang makan kami tak cuma dikawal penjaga bersenapan, tapi juga dinaungi sepuluh tabung gas air mata yang siap digunakan dan dipasang di langit-langit.
Setelah sarapan, kami kembali berbaris pulang ke sel masing-masing, Lalu acara penghitungan lagi. Kami bisa bersantai, sampai pintu kami dibuka tanda waktunya bekerja. Karena Alcatraz terletak pada bukit batu, tempat bekerja kami berada di bawah. Untuk ke sana kami harus menuruni beberapa tangga curam dan "disaring" melalui dektektor logam.
Semua orang benci sekaligus takut pada mesin ini, karena dapat dibunyikan secara sengaja oleh si penjaga bila ia sentimen kepada seseorang. Nah, kalau sudah demikian si napi harus keluar barisan untuk digeledah sekujur tubuhnya. Kalau kemudian mesin masih berbunyi lagi, maka ia harus menelanjangi diri, pakaiannya diteliti sampai pada keliman, tubuhnya diteliti dari kepala sampai ujung kaki. Semua ini terjadi sementara semua napi yang lain melewatinya. Prosedur ini tak cuma bikin jengah dan malu, tapi amat menyiksa pada musim dingin.
Dalam perjalanan ke bawah, ada satu titik tempat kami disuguhi pemandangan alam bebas yang amat indah. Di depan mata kami terbentang Jembatan The Golden Gate yang terkenal itu dan di sebelah kirinya San Francisco. Dari sini kami masih harus menuruni beberapa tangga lagi, tergantung di mana kami bertugas. Detektor logam satunya ada di bawah.
Semua sel terletak di gedung sel. Bayangkanlah sebuah bangunan besar dengan penerangan seadanya. Di dalamnya ada tiga blok sel yang besar dan memandang dan masingmasing dipisahkan oleh gang. Ini disebut blok B, C, dan D. Masih ada blok A di bagian paling timur laut yang berfungsi sebagai gudang.
Pendatang baru langsung masuk ke blok B dan C. Gang di antara kedua blok ini dibuat sangat bagus sehingga kami sebut "Broadway", dimulai dari kantor administrasi dan ruang senjata sampai pintu ke ruang makan. Di ujung ini ada West Gun Gallery, tempat penjaga bersenjata dapat mengawasi ketiga blok dan ruang makan.
Setiap blok terdiri atas tiga tingkat. Blok B danC panjangnya sekitar 30 m. Sedangkan blok D terpisah dari ketiga blok di atas, karena tempat ini tempat menghukum orang bandel. Di sini ada 42 sel. Dinding, langit-langit dan lantainya dari baja. Pintunya juga berterali spesial. Umumnya sel-sel di sini menghadap ke tembok penjara luar, sehingga sel di tingkat atas punya pemandangan yang bagus. Satu-satunya hiburan di sini adalah membaca. Napi melakukan semua kegiatannya di dalam sel, kecuali mandi seminggu sekali.
"Oleh-oleh" dari Salt Lake City
Sedangkan the black hole adalah 6 sel di bawah yang semuanya gelap dan dingin. "Tiket" ke sini dapat diperoleh kalau kami mabuk, berkelahi, menyerang petugas, mencuri makanan, merusak milik negara, berusaha kabur, atau menyimpan barang terlarang.
Napi diperbolehkan menerima kunjungan satu kali sebulan, tapi pertemuannya melalui dinding pembatas dan pembicaraan lewat telepon. Menerima surat pun boleh, tapi selalu disensor dulu. Sedangkan surat ke luar dibatasi dua kali seminggu masing-masing dua lembar.
Saya ditugaskan di binatu. Pendatang baru tidak dapat memilih pekerjaan. Baru setelah setahun ia diizinkan mengajukan permohonan pindah tugas. Sebulan bertugas di sana, saya menderita sakit pada perut bagian kanan. Semula dikira usus buntu, namun ketika dioperasi normal saja. Saya dituduh pura-pura.
Demikianlah sakit saya berlanjut, sampai bobot tubuh saya merosot 16 kg. Saya juga terus demam dan hasil pemeriksaan darah abnormal. Berkat pertolongan seorang rekan yang bekerja di rumah sakit penjara, saya dipanggilkan dokter juga dari luar. Barulah dokter ini menemukan diagnosis yang tepat. Saya menderita radang di sekitar ginjal, akibat hajaran petugas di Penjara Salt Lake City. Baru empat bulan kemudian saya keluar dari rumah sakit penjara, lalu ditugaskan menjaga kebersihan di lapangan rekreasi.
Tahun 1934, kongres AS menetapkan berdirinya Federal Prison Industries yang bertujuan menghasilkan beberapa macam hasil industri untuk membantu mengongkosi biaya perawatan penjara. Di samping itu juga menciptakan lapangan kerja bagi para napi plus memasok masyarakat atau kalangan militer dengan barang-barang berharga rendah.
Napi yang bekerja memperoleh pengurangan waktu tahanan 2 hari per bulan pada tahun pertama, 4 hari per bulan untuk 3 tahun berikutnya, dan 5 hari per bulan untuk tahun-tahun berikutnya. Sebelum saya masuk, pada tahun 1941 dibuka gedung kerja industri yang baru. Tempat itu bersih dan hangat.
Selain itu napi juga mendapat upah walaupun sedikit. Ada empat macam pembayaran sesuai kelasnya. Pekerjaan kelas 1: 12 sen/jam, kelas 2: 10 sen/jam, kelas 3: 7,5 sen/ jam, dan kelas 4: 5 sen/jam.
Begitulah, setelah beberapa bulan dan kesehatan saya pulih, saya minta dipindahkan ke sana di bagian pembuatan sapu. Serta merta saya menyesal begitu merasakan pekerjaannya yang amat membosankan. Setelah enam bulan saya tak tahan karena merasa hampir gila. Saya minta dipindahkan ke dapur. Ternyata menyenangkan bekerja di sini. Tim kerjanya sedikit, sehingga ada keakraban, saya punya •waktu luang untuk belajar main musik. Suasananya tidak setegang di bagian lain. Kami punya kemungkinan mendapat makanan tambahan, bahkan mencuri makanan. Karena jari-jari tangan saya kaku akibat perkelahian, saya ganti belajar memainkan saksofon. Grup dapur malah mendirikan orkestra kecil.
Happy juice disangka bom
Di dapur saya sempat menyalurkan kreativitas dengan diam-diam membuat minuman keras, campuran antara kumisk (minuman Rusia), susu, gula, dan ragi. Semuanya dicampur, ditutup rapat, lalu diperam selama 10 hari. Ternyata minuman itu meledak! Para pengawal mengira itu bom buatan kami. Untung saya tidak sampai ketahuan. Hanya saja sampai di situlah kegemaran saya membuat happy juice.
Dari sana saya pindah ke bakery. Tapi usaha saya membuat bir akhirnya ketahuan juga. Setelah itu hilanglah semua minat saya pada segala macam, dan pikiran kembali terpusat pada upaya kabur.
Di saat itulah saya tertarik pada dua pintu baja di lantai beton dapur. Dengan bantuan rekan sekerja yang ahli bongkar kunci, saya dan Jack berhasil membuka pintunya. Ternyata itu lubang masuk ke terowongan tempat lewatnya pipa uap sistem pemanas. Belakangan dengan mencuri-curi dan atas bantuan Jack dan beberapa kawan, saya masuk ke dalamnya.
Saya berhasil tinggal di dalam selama 15 menit. Karena sempitnya, ketika kembali saya harus merangkak mundur. Radiasi panasnya luar biasa, sampai keringat menetes dan mengeluarkan desis ketika menetes pada pipa. Ketika menyenggol pipa, langsung saja saya mendapat luka bakar.
Toh sekeluarnya dari situ saya yakin bila kami berani mengambil risiko dan dilengkapi sedikit alat dan senter, kami bisa melubangi dinding batu batanya untuk menembus bekas benteng Spanyol kuno yang menjadi fondasi penjara militer yang baru. Dari sana kami dapat mencari jalan keluar. Semua ini sebenarnya didasarkan pada spekulasi yang ternyata keliru, tapi waktu itu saya yakin benar tentang benteng yang ada di bawah penjara itu.
Dengan bantuan beberapa orang lain yang mengorganisasikan penyelundupan alat-alat dari gedung kerja industri lewat keranjang cucian, kami memperoleh peralatan yang dibutuhkan. Ini sudah memakan waktu sekitar satu bulan sejak saya mendapat ide itu. Setiap malam kami, Jack, George, Bart, dan saya, bekerja keras membuat lubang di dalam terowongan itu. Tapi baru saja kami berhasil menembus permukaan luarnya, seseorang rupanya telah melaporkan.
Kami tidak tertangkap basah, tapi Jack dan saya langsung dijatuhi hukuman masuk hole tanpa batasan waktu, dan keringanan hukuman yang telah kami peroleh selama 7,5 tahun dihapuskan. Untung saja kesempatan untuk memperoleh keringanan hukuman selama 5.400 hari tidak dihapus. Anehnya, George dan Bart tidak diotak-atik. Juga tidak diadakan penelitian, siapa yang mengambil alat-alat dsb. Malah tak lama setelah itu George dipindahkan ke Penjara Leavenworth. Coba, bagaimana tidak curiga?
Satu hari di dalam hole rasanya seperti seabad. Hari dimulai pukul 06.30, ketika lampu dinyalakan disusul dering bel yang merontokkan jantung. Kemudian penjaga membuka pintu luar yang kedap suara sambil memerintahkan saya untuk berdiri. Setelah penghitungan selesai, pintu luar ditutup kembali. Saya bersiap untuk sarapan. Pintu dibuka lagi, nampan sarapan disorongkan dari bawah.
Berburu kancing
Memang menunya sama dengan yang lain, tapi karena semua dicampur aduk jadi satu, selera makan langsung saja lenyap. Setelah 20 menit, nampan itu akan diambil. Kalau tidak suka, lebih baik buang makanan ke dalam kloset, jika tidak ingin dihukum. Setelah nampan diambil, saya diperintahkan untuk menggulung selimut, bantal, dan kasur lalu meletakkannya di sela-sela antara pintu luar dan pintu dalam yang 1 m lebarnya. Selama saya mengerjakan itu, penjaga mengunci pintu luar dari luar dan mengintip sambil mengawasi. Setelah selesai, pintu-pintu ditutup lagi, lampu dimatikan dan saya kembali berada dalam kegelapan total sampai tiba waktu makan lagi.
Di dalam gelap itu hanya ada ranjang tanpa kasur. Kloset, dan wastafel. Gelap, dingin, dan sunyi senyap berhubung pintu luar kedap suara. Pakaian saya yang hanya celana pendek, kaus kaki, dan pakaian montir sama sekali tak memadai untuk melawan dingin.
Untuk perintang waktu biasanya saya putuskan satu kancing, saya lemparkan, saya putar tubuh beberapa kali, lalu mencarinya di lantai. Bila bosan ganti dengan mondar-mandir antara kloset dan pintu. Soalnya, diam berarti menggigil.
Sembilan belas hari saya disimpan dalam hole. Karena tidak bandel lagi, saya dikeluarkan, disuruh mandi, diberi pakaian ganti, dan disuruh sikat gigi. Kemudian saya dipindahkan di sel reguler blok D. Selama enam minggu pertama saya berhasil melewatkan waktu dengan baik di sana. Saya membaca, berjalan, atau tidur. Tapi karena kurangnya kegiatan, kecamuk pikiran tak terkendali.
Saya pun tak kuasa menghilangkan gejolak amarah karena merasa dikhianati. Saya dihukum hanya berdasarkan laporan, bukan tertangkap basah. Amarah dan frustrasi ini lama-kelamaan bisa meluluhkan kewarasan saya.
Saat itu saya bisa mengerti bagaimana hidup tanpa harapan dapat membuat orang gila, bunuh diri, atau melakukan hal-hal yang destruktif terhadap diri sendiri. Seperti yang terjadi pada salah seorang penghuni blok D tak lama setelah saya dibebaskan dari hole. la dengan tenang mengiris pembuluh darahnya yang terbesar di siku dan nadi, lalu membaringkan diri di bawah selimut dan mati pelan-pelan tanpa bersuara.
Kesempatan melepaskan amarah dan frustrasi itu tiba sekitar awal Maret 1946. Bob Straud, rekan di blok D, mengeluh sakit. Penjaga menelepon rumah sakit penjara. Ternyata dokter sedang keluar, yang ada hanya asisten. Ketika asisten itu datang, ia mengatakan Stroud tidak apa-apa. Satu jam kemudian, Stroud mengeluh lagi sakit dada. Dokter yang kini sudah pulang, menolak datang. Yang datang asisten lagi, tapi dengan marah. Lagi-lagi ia mengatakan, Stroud tidak sakit. Sudah tentu keributan ini membuat kami semua jengkel. Kami bertekad memaksa dokter datang dan memeriksa Stroud.
Mula-mula kami hanya memukul-mukulkan gelas kaleng kami pada terali sambil berteriak-teriak. Setelah dua jam ribut, datang wakil kepala penjara dan pasukannya. Kami diancam, kalau tidak berhenti masing-masing akan mendapat kunjungan pasukannya. Tapi kami meneriakkan tuntutan kami agar dokter datang atau kami akan merusak sel kami sendiri. Mungkin mereka kira kami hanya menggertak. Satu jam kemudian, ketika dokter tak datang juga, seseorang di lantai atas memecahkan kloset dan wastafelnya. Maka mulailah yang lain menghancurkan selnya masing-masing.
Diperalat
Saya pun tak ketinggalan. Sepanjang malam gerakan penghancuran berlangsung, sampai dengan pembakaran kasur. Setelah pagi semua amarah berlalu, petugas kebersihan datang. Kami satu per satu dihadapkan pada kepala penjara Johnson. Hukumannya, setiap orang kehilangan separuh dari pengurangan waktunya, dihukum isolasi 19 hari, diperpanjang lamanya tinggal di blok D, tidak mungkin ditransfer sampai semua kerusakan bisa digantinya.
Yang membuat saya terkejut sekaligus seram, ternyata sel Bob Stroud tetap rapi. Begitu pula 12 orang lain yang pura-pura ikut ribut. Mereka hanya ingin membuat jengkel penguasa. Kamilah yang telah diperalat!
Saya dihukum isolasi di sel saya sendiri. Sudah tentu saya amat menderita. Perbaikan sengaja tidak cepat-cepat dilaksanakan. Kaca jendela yang pecah untuk sementara dibiarkan pecah, sehingga saya bisa menikmati dinginnya udara. Karena kloset pecah, saya dipersilakan menggunakan ember yang dikosongkan hanya satu kali sehari. Begitulah, kami dipersilakan menikmati situasi yang kami ciptakan sendiri.
Pada tanggal 2 Mei 1946, enam orang penghuni Alcatraz berusaha kabur. Penggeraknya tiga orang, Barnard P. Coy, Marvin Franklin Hubbart, dan Joseph Paul Cretzer. Mereka berhasil menguasai ruang senjata, melumpuhkan dan membunuh beberapa petugas, sampai pemerintah menurunkan pasukan lengkap, helikopter, dilengkapi bom. Blok kami dibombardir dengan tembakan, dengan hasil ketiga orang pelaku utama mati dan peserta lain yang tidak mati dihukum mati.
Peristiwa pelarian Coy dkk. itu sangat mengegerkan. Usaha penanganannya pun berlebihan, karena Coy yang cuma bersenjata pistol dikabarkan bersenjata yang lebih berat dari itu. Butuh waktu berbulan-bulan untuk mengembalikan situasi penjara ke keadaan normal. Napi dan penjaga saling curiga. Untung wakil kepala penjara Miller melakukan perbaikan di sana-sini, dari perlakukan penjaga, mutu makanan, dll., sehingga keadaan berangsur normal.
Beberapa bulan kemudian saya baru dibebaskan dari blok D. Saya dipersilakan memilih pekerjaan untuk membayar AS $ 150 ongkos perbaikan sel. Setelah 18 bulan bekerja di bagian penatu, saya berhasil melunasi utang.
Mulanya saya sangat tertekan. Hilang musnah semua harapan untuk kabur. Penjaga selalu memelototi saya, karena dianggap berbahaya. Sesama napi takut berdekatan, karena khawatir disangka bersekongkol. Ketika keadaan mulai normal, dan saya sudah boleh berjalan-jalan dengan Jack di akhir minggu (sebelumnya dilarang), saya berkenalan dengan "Life-time Murphy", orang tua yang sudah 26 tahun ngendon di Alcatraz.
Murphy sudah lama menjadi pelayan misa dari Pastor Clar, pembimbing rohani Katolik di Alcatraz. Pada hari Minggu, setelah misa, ia biasa berjalan-jalan di halaman penjara, tanpa pengawal, untuk berbicang-bincang dengan kami. Para napi percaya padanya dan mendengarkan nasihatnya. Mungkin Murphy yang menceritakan kepadanya tentang kondisi saya yang sedang tertekan, sehingga Pastor Clark mendekati saya. Hubungan kami makin dekat, sampai akhirnya saya bersedia menggantikan Murphy menjadi pelayan misa. Dari soal-soal umum kesukaan saya: bisbol atau tinju, lama-kelamaan kami berbicara soal keluarga.