Intisari-Online.com - Ray Kroc tidak sempat menyelesaikan sekolah menengah karena keburu membuat toko musik. la memanfaatkan kemampuannya bermain piano untuk promosi. Didorong keinginan untuk pergi ke luar negeri, di masa PD I pecah ia mencatut umur supaya bisa menjadi sopir ambulans Palang Merah. Saat itu, sebetulnya ia baru berusia 15 tahun. Rekan sekerjanya pengemudi di bawah umur juga yang kemudian menjadi sangat terkenal, yaitu Walt Disney.
Setelah perang usai, Kroc bekerja sebagai pemain piano. Pada tahun 1922, setiap pagi ia menjadi salesman cangkir kertas pada Lily Cup Company. Malamnya ia bermain piano di radio lokal.
Pertengahan 1920-an, ia meminta cuti pada Lily untuk pergi ke Florida. Di sana ia menjadi tenaga penjual pada perusahaan real estat. Ketika bisnis tanah mundur tahun 1926, Kroc kembali menjadi pemain piano.Umur 25 tahun, ia kembali ke Chicago dengan tekad menjadi salesman profesional.
Ketika ia kembali ke Lily, perusahaan itu sudah berubah. Mereka mempunyai bagian yang menjual makanan siap santap. Selama 20 tahun, Kroc sibuk memasarkan konsep gaya baru, yaitu menjual makanan secara eceran. Ia tidak pernah mengelola restoran, menyajikan hamburger, atau menjual milkshake. Namun, ketika tahun 1954 ia melihat McDonald's drivein di San Bernardino, Kroc langsung melihat potensi besar di McDonald's. Ia yakin restoran itu bisa didirikan di seluruh AS. Dalam kunjungan pertama itu, ia juga mendengar bahwa McDonald's mencari agen franchising baru.
Kroc melamar dan diterima. Tindakannya yang pertama ialah membentuk perusahaan franchising baru tanggal 2 Maret 1955 dengan nama McDonald's System, Inc. (nama itu diubah menjadi McDonald's Corporation tahun 1960). Rahasia keberhasilan Kroc ialah ia memberi cukup bantuan kepada franchisee untuk bisa berhasil. Selain itu, optimismenya tidak pernah padam.
Pada saat masuk McDonald's, ia sudah berumur 52 tahun. Ia tahu bahwa ia harus berkorban secara finansial pada saat orang lain sudah ingin menikmati jerih payahnya. Penghasilannya turun separuh, menjadi AS $ 12.000 setahun, dibandingkan dengan penghasilan sebelumnya sebagai penjual Multimixer (nama alat untuk membuat milk shake dan sebagainya). Namun, ia yakin dalam jangka panjang usahanya akan menguntungkan.
Ia selalu menganjurkan bawahannya agar melakukan tugas dengan sebaik-baiknya, bukan mengejar uang sebanyak-banyaknya. Kalau orang bekerja keras dan cinta pada pekerjaannya, kesulitan uang akan beres dengan sendirinya.
Singkatnya, tujuan Kroc ialah memperbesar omzet semua restoran McDonald's. Kalau hal itu berhasil, laba dari perusahaan franchising maupun para franchisee akan lancar dengan sendirinya. Pokoknya, ia menolak memperkaya diri sendiri dengan merugikan franchisee. Yang penting bagi McDonald's ialah memperbaiki posisi keuangan franchisee, bukan sekadar diri sendiri. Untuk bisa berhasil, kualitas hamburger harus dijaga. Juga kebersihan restoran.
Kroc selalu ingin mutu yang terbaik. Harry Smargon, pemilik sebuah perusahaan lemak di Chicago, sejak tahun 1952 selalu menerima order lewat telepon dari Kroc. Ketika tahun 1955 Smargon menerima order besar lagi, ia merasa perlu bertemu dengan Kroc yang selama itu hanya dikenalnya lewat telepon. "Ray, cuma kau satu-satunya pelanggan kami yang mengajukan order tanpa meminta imbalan apa-apa," katanya kepada Kroc. "Apa yang kauharapkan dari saya?" Jawab Kroc. "Saya hanya meminta lemak kualitas paling baik yang bisa kau berikan."
Kroc senang tinggal di luar kota. la dan istrinya Ethel, tinggal di sebuah rumah yang terletak di tanah pertanian yang luas di Arlington Heights, ± 30 km di barat laut Chicago. Akhir minggu, Kroc sibuk mengurus kebun. Sore harinya, ia bermain golf di Rolling Green. Walaupun menderita encok, ia bisa mencapai handicap 15.
Tiga tahun pertama sekitar ½ dari franchisee McDonald's adalah anggota Rolling Green. Cuma saja franchisee Rolling Green itu tidak mau melaksanakan penyeragaman. Kebersihan toko mereka juga payah. Pokoknya, hubungan Kroc dengan rekan-rekan Rolling Green tidak selalu mulus.
Yang paling sulit bagi Kroc ialah membujuk para franchisee untuk memasang iklan. Selama 30 tahun McDonald's juga hanya memasang iklan kecil franchise kecil di Chicago Tribune. Kroc percaya sarana paling murah untuk mencari pemilik operator baru ialah dengan iklan dari mulut ke mulut.
Kroc mempekerjakan sejumlah manajer, yakni Harry Sonneborn, June Martino, dan kemudian Fred Turner, Jim Schindler, dan Don Conley. Ketika McDonald membuka toko di Des Plaines, hamburger buatan orang lain sering dibuat dari daging yang mutunya kurang baik. Kentang gorengnya pun tidak seragam. McDonald's mengubah citra hamburger, french fries, dan milk shake dengan mengolahnya secara lebih saksama, bahkan dengan riset segala. Lewat riset, misalnya, mereka tahu bagaimana caranya bisa memperoleh french fries yang renyah.
Yang diubah bukan hanya bahan pokoknya, tetapi proses penggorengannya pun diperbaiki. Mereka sampai membuat peralatan canggih untuk menghasilkan produk yang sebaik-baiknya. Kualitas daging diperhatikan. Departement Pertanian AS sebenarnya memperbolehkan hamburger memiliki lemak sampai 33%, tetapi McDonald's hanya mentoleransi lemak antara 17 - 20,5%. McDonald's juga tidak mau daging hamburger disubal dengan bahan lain. Pokoknya, harus 100% daging sapi.
Tahun 1961, McDonald's bahkan mendirikan lembaga pelatihan di Chicago, yaitu Hamburger University untuk mendukung mutu produk mereka.