Advertorial
Intisari-Online.com - Jika diamati, langkah pemimpin Korut, Kim Jong Un, yang berubah drastis ketika menyelesaikan masalah nuklir dan Perang Korea dengan Korsel dan AS, mirip cara-cara Presiden Soeharto.
Presiden Soeharto, dalam menyelesaikan masalah, terkenal dengan prinsip Jawa, "nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasorake".
Makna kalimat itu kurang lebih"memenangkan perang atau pertikaian tanpa mengirimkan pasukan dan musuh yang sudah dikalahkan juga merasa tidak direndahkan".
Ketika Kim Jong-un memutuskan nglurug atau berkunjung ke China sebelum bertemu Presiden Korsel Moon Jae-in di Panmunjom (27/4), Kim Jong-un telah memberi sinyal bahwa dirinya yang digambarkan sebagai ‘orang yang sangat menginginkan perang nuklir’ ternyata punya niat baik untuk menyelesaikan konflik dengan AS-Korsel secara damai.
Sinyal itu ternyata diterima positif oleh Korsel, sehingga Presiden Moon Jae In pun menyambut dengan antusias kedatangan Kim Jong Un yang bisa dikatakan tanpa membawa pasukan itu.
Hasil pertemuan tingkat tinggi dengan Korsel juga mencerminkan bahwa Korut telah meraih kemenangan karena sudah terhindar sama sekali dari ancaman serangan militer Korsel-AS.
Dengan komitmen Kim Jong Un yang ingin menghentikan program nuklir Korut dan menyelesaikan Perang Korea secara damai, Korsel yang langsung menerima komitmen pun menerimanya dengan senang hati dan seolah melupakan ‘kejahatan-kejahatan’ Korut terhadap Korsel selama ini.
Korsel seolah melupakan militer Korut yang pernah menggempur pulau terdepan Korsel, Yeonpyeong pada 2010 menggunakan meriam artileri dan menyebabkan sejumlah warga Korut tewas.
Pada tahun yang sama, kapal perang Korsel, Cheonan, juga ditenggelamkan oleh kapal selam Korut menggunakan torpedo dan mengakibatkan 46 pelaut Korsel tewas.
Korsel yang mau menerima tawaran damai dari Korsel tanpa mengungkit-ungkit masa lalu benar-benar membuat Kim Jong Un berhasil meraih kemenangan politis tanpa perlu mengerahkan kekuatan militer.
Dengan AS pun Kim Jong Un telah menunjukkan kemenangannya.
Baca juga:Botol-botol Informasi dari para Pembelot Korut Ini Berisi Hal Paling Dibenci Kim Jong Un
Presiden AS, yang selama ini direndahkan oleh Kim Jong Un, itu ternyata bersedia bertemu Kim Jong Un di Panmunjom dan memuji sikap Kim Jong Un yang mau berdamai itu sebagai ‘orang yang patut dihargai’ (honorable).
Presiden Donald Trump yang bersedia datang ke Panmunjom sebenarnya sudah menunjukkan ‘kekalahan’.
Pasalnya bertemu Kim Jong Un di perbatasan Korut-Korsel sebenarnya mencerminkan Donald Trump yang ‘sowan’ kepada Kim Jong Un, lantaran sikap diktator Korut itu telah berhasil menyenangkan hati Trump.
Atas keberhasilan Trump menyeselesaikan konflik AS-Korut secara damai, rakyat AS memang telah dibuat senang.
Dengan demikian pamor Trump yang sedang meredup di dalam negeri terkait konflik interen, misal skandal suap Trump dengan seorang artis porno, pun bisa bersinar lagi.
Presiden Trump yang menuruti permintaan Kim Jong Un untuk bertemu di Panmunjom itu memang tampak janggal karena baru kali ini seorang presiden negara adidaya bisa didekte Kim Jong Un yang oleh para politikus AS dijuluki sebagai ‘bocah gemuk yang nakal itu’.
Tapi faktanya Presiden Trump memang bersuka cita untuk segera bertemu Kim Jong Un.
Pasalnya pertemuan spektakuler itu akan menjadi sejarah untuk pertama kali selama lebih dari 60 tahun seorang pemimpin AS bisa bertemu langsung dengan pemimpin Korut.
Meski Presiden Trump secara politis sebenarnya sudah ‘dikalahkan’ oleh Kim Jong Un.
Tapi Presdien Trump ternyata merasa tidak direndahkan bahkan merasa ditinggikan karena pamornya makin cemerlang di mata publik AS.
Cara-cara Kim Jong Un ini mirip dengan langkah Soeharto ketika berusaha menyelesaikan pertikaian Indonesia-Malaysia di era Presiden Soekarno (1963-1966).
Pak Harto memilih taktik ‘nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasorake’, yakni berupa pendekatan diplomatik daripada mengerahkan kekuatan militer dan akhirnya memang berhasil secara gemilang.
Pasukan Malaysia-Inggris dan sekutunya tidak jadi menyerang RI dan hubungan Indonesia-Malaysia pun tetap baik hingga sekarang.
Baca juga:Makna Tersembunyi di Balik Tiap Makanan yang Disuguhkan dalam Pertemuan Kim Jong Un dan Moon Jae In