Intisari-online.com—Tidak peduli di mana tempatnya, sebenarnya tidak seorangpun berhak menerima perlakukan tidak pantas dari sesamanya. Dikisahkan seorang pengacara muda bernama Diko yang mengalami perlakuan tidak wajar di kantornya. Dengan kisah yang sama Yuna juga berbagi cerita. Begini ceritanya:
Diko baru setahun bekerja di sebuah firma hukum yang sangat prestisius di sebuah kota besar. Selama bekerja, ia menghabiskan waktu sebanyak 80-100 jam setiap minggunya, bahkan hingga tidur di kantor.
Atasannya seorang perempuan sering berteriak marah padanya saat rapat bahkan meneleponnya saat dia sedang di rumah. Sering juga atasan Diko, memarahinya dengan kata-kata yang kasar. Ia juga memaksa Diko untuk selalu siap sedia kapan saja untuk bekerja.
Tiga bulan terakhir, Diko sering mengalami sakit kepala, bahkan kehilangan berat badannya. Perutnya juga sering sakit dan ia mulai sulit konsentrasi.
Yuna, sudah jadi kasir di sebuah supermarket selama tujuh tahun dengan gaji yang cukup. Karena ia adalah seorang single mother, ia membutuhkan pekerjaan ini untuk menghidupi kedua anaknya. Suatu waktu, ada kasir baru, jauh lebih muda dan fleksibel dari Yuna, namanya Sena.
Sena sering menjadikan Yuna sebagai bahan olokan dan bahan candaan. Sena juga membentuk kelompok di tempat kerja dan tidak pernah mengajak Yuna untuk ikut. Sejak itu, Yuna tidak lagi menikmati pekerjaanya. Ia cenderung cemas bahkan sulit tidur.
Mereka berdua adalah korban bulliying di tempat kerja!
Apakah hal ini terdengar aneh? Sebab bulliying biasanya terjadi pada remaja dan anak sekolah. Namun faktanya, banyak pekerja telah mengalami hal ini. Hal ini termasuk dengan perilaku kekerasan psikis yang mengakibatkan seseorang merasa terintimidasi, direndahkan, bahkan dikucilkan.
Perilaku bullying bisa saja dilakuakan secara verbal maupun fisik. Pada korban, biasanya berdampak dalam waktu jangka panjang. Berikut tandanya jika di tempat kerja kita terjadi bullying!
- Seseorang menjadi target komentar/pandangan kasar di kantor
- Diminta mengerjakan pekerjaan yang tidak realistis yang sangat berat dikerjakan, maupun sebaliknya, diminta untuk mengerjakan pekerjaan yang sangat mudah setiap hari.
- Memaksa pekerja untuk mengorbankan cuti liburan untuk bekerja
- Tidak diberi pengarahan dengan jelas namun dipaksa untuk mencapai standar.
- Tidak diberikan fasilitas/sumber daya yang diperlukan untuk bekerja
- Pangkat diturunkan ketika tidak mencapai target pekerjaan
- Dikucilkan dalam lingkungan kerja
- Menjadi bahan gossip
- Direndahkan di hadapan orang lain di kantor
Kebanyakan orang membiarkan hal ini terjadi karena pekerjaan tersebut dianggap prestisius. Apalagi jika gajinya memang menggiurkan. Namun apakah tetap bisa bertahan di lingkungan tidak sehat begitu? Pelaku bullying bisa saja bos, rekan kerja, bahkan karyawan yang mem-bully atasannya.
Lalu apa yang harus dilakukan ketika kita terindikasi menjadi korban maupun pelaku bullying?
(psychologytoday.com)