Intisari-Online.com--Banyak pria mengalami permasalahan seks, namun sungkan untuk bertanya. Entah itu permasalahan disfungsi ereksi (impotensi), menurunnya libido, dan menurunnya gairah seksual karena andropause. Data menunjukan bahwa hampir 50% laki-laki dewasa berusia di atas 40 tahun mengalami masalah dalam vitalitas seksual karena disfungsi ereksi.
Biasanya proses pengobatan dilakukan dengan konsultasi terlebih dahulu. Konsultasi itu dilakukan dengan evaluasi secara menyeluruh, hingga evaluasi kondisi pasien melalui check up. Siapa tahu ada gangguan organ tubuh lainnya yang bisa berkontribusi memperlemah kemampuan organ vital pria untuk berereksi. Kejadian yang paling umum menyerang kaum pria kata Nouval adalah gangguan ereksi, ejakulasi dini, gangguan libido, ejakulasi yang tidak nikmat dan kuat, masalah sperma, dsb.
“Karena itu sebelum melakukan diagnosis, penting bagi pasien untuk diperiksa dulu secara komprehensif sebelum ditangani. Seperti wawancara medis dan pemeriksaan laboratorium,” terang Nouval.
Misalnya seorang pasien diduga mengalami gangguan atau disfungsi ereksi yang disebabkan karena faktor psikologis. Hal ini bisa ditangani hanya dengan melakukan terapi obat dan penyelesaian masalah psikologis tadi dengan konseling. Entah itu karena stres berat, depresi, dan kelelahan.
Persoalan lain juga timbul bukan saja karena gangguan libido, namun faktor organik. Seperti yang disebutkan tadi, bisa jadi penyebabnya adalah kerusakan jaringan erektil (corpora cavernosa) di penis karena kekurangan testosteron, nikotin, obat-obatan, dan penyakit degeneratif. Biasanya disfungsi ereksi yang terjadi karena persoalan ini tidak mempan disembuhkan hanya dengan obat. Sehingga dibutuhkan terapi yang dapat memulihkan kembali jaringan yang mendukung kejantanan pria tersebut.
Untuk pasien yang mengalami kekurangan testosteron, bisa diatasi dengan terapi testosteron. Caranya dengan menyuntikkan testosteron pada penis pria. Kalau terapi testosteron tidak menunjukkan perubahan apapun, kata Noival, pasien bisa mendapatkan terapi sel punca (stem cell) dan low intesity shock wave therapy di klinik khusus pria.
Terapi sel punca (stem cell) memang belum begitu familiar di masyarakat karena umumnya yang dilakukan untuk pengobatan disfungsi ereksi adalah obat saja. Padahal stem cell merupakan pilihan pengobatan yang efektif untuk gangguan ereksi bahkan untuk mereka yang mengalami gagal ereksi. Proses penyembuhan dengan stem cell biasanya dilakukan dengan memulihkan kembali jaringan yang rusak pada penis. Karena bisa jadi persoalan vitalitas ini disebabkan karena ada gangguan saraf dan pembuluh darah di area vital pria.
Sama seperti penerapan terapi stem cell pada umumnya, biasanya sel induk yang akan disuntikkan di penis adalah sel yang berasal dari tubuh pasien tersebut. Hal ini merupakan upaya paling mudah dan aman karena tidak akan menimbulkan reaksi penolakan pada tubuh pasien. Sel induk yang diambil dengan menyedot lemak dari tubuh pasien dengan metode mini liposuction. Tidak banyak, hanya sekitar 50-100 cc saja. Nantinya, stem cell yang disuntikkan pada sisi kanan dan kiri penis berkisar 5-10 cc banyaknya.
Sel induk itulah yang diperlukan untuk proses penyembuhan gangguan ereksi. Karena sel baru yang terbentuk ketika sel induk membelah diri dapat membantu proses peremajaan kembali sel-sel yang sudah rusak. Tentu hal ini sangat penting dalam pemulihan jaringan. Tidak lama, terapi stem cell biasanya dilakukan hanya sekitar 2-3 jam saja.
Terapi ini juga semakin efektif dengan mengombinasikannya dengan terapi Intesity Shock Wave yang bisa merangsang penis untuk kembali bertenaga. Terapi Intesity Shock Wave ini dilakukan dengan merangsang jaringan erektil pada penis melalui gelombang suara dengan intensitas yang rendah. Rangsangan ini biasanya diberikan di beberapa titik bagian penis. Sehingga aliran darah pada penis yang tadinya terganggu dan menyebabkan gangguan ereksi menjadi lebih lancar.
“Terapi Intesity Shock Wave ini tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien. Rasanya sama seperti ultrasonografi (USG) biasa. Terapi hanya dilakukan selama empat kali dalam seminggu selama 20 menit,” kata Nouval.
Memang, penanganan masalah vitalitas pria khususnya disfungsi ereksi dengan terapi stem cell dan intensity shock wave tidak instan. Dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk proses peningkatan kemampuan ereksi pascaterapi. Sehingga dibutuhkan kesabaran dalam proses penyembuhannya. Namun yang pasti, keberhasilan penyembuhan dengan metode ini cukup baik.
Walau biasanya permasalahan gangguan ereksi dan vitalitas ini dialami oleh pria di atas 35 tahun, ada kemungkinan mereka yang berada di bawah usia tersebut juga mengalaminya. Seperti pasien Nouval yang mengalami disfungsi ereksi di usia muda karena terjadi kerusakan penis saat berhubungan seks dan pijat. Karena itu perlu berhati-hati dan menjaga kesehatan organ vital dengan baik.
“Kaum pria jangan sungkan dan malu untuk datang ke klinik pria, khususnya bagi mereka yang sudah mengalami gangguan. Fenomena gangguan ereksi itu seperti puncak gunung es, hanya segelintir orang yang terlihat, namun sebenarnya banyak yang mengalaminya,” kata Nouval mengimbau.