Intisari-Online.com – Sering kali orang berkata, “Waktu yang akan menyembuhkan.” Ini tidak benar kalau kita berpikir bahwa kita akan melupakan luka-luka yang kita sandang dan dapat terus hidup seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Itu bukan penyembuhan, melainkan sekadar menyangkal kenyataan.
“Waktu menyembuhkan” berarti bahwa kesetiaan dalam hubungan yang sulit, berat, dan tidak memberikan kepuasan, dapat membuat kita lebih mengerti tentang cara-cara kita saling melukai. Kalau diartikan demikian, waktu memang menyembuhkan.
Keyakinan bahwa waktu menyembuhkan tidak membuat kita menunggu dengan pasif. Sebaliknya, kita didorong untuk bekerja secara aktif sekuat tenaga sambil percaya bahwa pengampunan dan pendamaian selalu mungkin diperoleh.
Tidak seorang pun dapat terhindar dari luka. Kita semua adalah orang-orang yang terluka, entah secara fisik, emosional, mental, atau spiritual. Kita tidak bertanya, “Bagaimana kita dapat menyembuhkan luka-luka kita?” supaya perasaan kita tidak terganggu. Kita diharapkan bertanya, “Bagaimana kita dapat memanfaatkan kerapuhan kita itu bagi pelayanan bagi sesama?
Kalau luka-luka kita tidak lagi menjadi sumber rasa malu melainkan menjadi sumber penyembuhan, kita menjadi orang-orang yang terluka yang menyembuhkan. (Bread for the Journey)