Advertorial
Intisari-Online.com -Kitab Nagarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit dalam bidang sastra.
Naskah kitab ini selesai ditulis dalam Bahasa Kawi pada bulan Aswina tahun Saka 1287 (September - Oktober 1365 Masehi)
Kitab Nagarakertagama juga disebut Desawarnana oleh Mpu Prapanca yang berarti tulisan tentang daerah Majapahit.
Kitab Nagarakertagama terdiri dari lima bagian.
Bagian pertama ditemukan di Antapura, Lombok.
Bagian kedua yang ditemukan di Bali berjudul Desawarnana.
Sementara bagian ketiga hingga kelima masing-masing ditemukan di Karang Asem, Klungkung, dan Geria.
Kitab Negarakertagama ditulis saat Kerajaan Majapahit masih berdiri dibawah pemerintahan Sri Rajasanagara, atau dikenal juga dengan nama Prabu Hayam Wuruk.
Isi Kitab Negarakertagama menguraikan kisah keagungan Prabu Hayam Wuruk dan puncak kejayaan Kerajaan Majapahit.
Selain itu, kitab ini juga menceritakan banyak hal tentang Kerajaan Majapahit.
Mulai dari asal-usul, hubungan keluarga raja, para pembesar negara, jalannya pemerintahan, serta kondisi sosial, politik, keagamaan, dan kebudayaan Kerajaan Majapahit.
Naskah dari Kitab Negarakertagama terdiri dari 98 pupuh (puisi atau syair), dengan pembagian sebagai berikut.
Dikutip dari buku "Hitam Putih Mahaputih Gajah Mada" dari Sri Wintala Achmad, pada pupuh I, Prapanca memuji keagungan Raja Hayam Wuruk, yang bergelar Sri Rajasanagara yang dipandangnya sebagai titisan Siwa Buddha, untuk menentramkan kerajaan.
Pada pupuh II - VI, digambarkan bagaimana hubungan kekerabatan Raja Hayam Wuruk.
Pada pupuh VIII, Hayam Wuruk dikisahkan sebagai titisan dewa dan seluk beluk Kerajaan Majapahit dijelaskan pada pupuh VIII - XII. Sementara luasnya kekuasaan Majapahit digambarkan pada pupuh XIII - XIV.
Secara garis besar, berikut ini adalah pembagian 98 pupuh Kitab Nagarakertagama:
- 7 pupuh membahas keluarga raja
- 9 pupuh membahas keagungan dan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit
- 23 pupuh membahas perjalanan Prabu Hayam Wuruk berkeliling Lumajang pada 1959
- 10 pupuh membahas silsilah raja Kerajaan Majapahit
- 10 pupuh membahas perjalanan Prabu Hayam Wuruk ketika berburu di hutan Nandawa
- 23 pupuh membahas perhatian Prabu Hayam Wuruk pada leluhurnya dan berita mengenai kematian Patih Gajah Mada
- 9 pupuh membahas mengenai upacara keagamaan di Kerajaan Majapahit
- 7 pupuh membahas tentang seorang pujangga yang setia kepada rajanya.