Intisari-Online.com – Primbon Jawa merupakan sebuah gambaran mengenai baik dan buruknya sesuatu berdasarkan perhitungan Jawa dan tanda-tanda yang menyertainya.
Primbon merupakan warisan leluhur Jawa yang berorientasi pada relasi antara kehidupan manusia dan alam semesta, yang digunakan sebagai pedoman untuk menentukan sikap dalam suatu tindakan kehidupan.
Primbon juga didefinisikan sebagai kitab yang berisikan ramalan, buku yang menghimpun berbagai pengetahuan kejawaan, berisi rumus ilmu gaib, sistem bilangan yang pelik untuk menghitung hari mujur, dan mengurus segala macam kegiatan yang penting.
Primbon atau paririmbon berasal dari kata dalam bahasa Jawa.
Secara harfiah, kata Primbon, berasal dari kata "rimbu" yang berarti simpanan dari bermacam-macam catatan oleh orang jawa pada zaman dahulu yang kemudian diturunkan atau disebarluaskan kepada generasi berikutnya.
Hidup manusia, rezeki, jodoh, dan ajal telah digariskan oleh Tuhan, keberadaan primbon dalam kehidupan masyarakat hanya sebagai pijakan atau gambaran sebelum manusia melakukan sesuatu.
Di dalam kitab primbon Jawa selain mengetahui watak seseorang berdasarkan weton lahirnya, juga beberapa ramuan yang masih digunakan oleh orang-orang tua hingga sekarang.
Antara lain, ramuan penurun panas untuk bayi, ramuan penghilang rasa sakit ketika menstruasi, termasuk ramuan untuk penghilang kembung pada bayi.
Kadang-kadang bayi mengalami kembung dan kadang pula badan bayi mengalami panas sehingga bayi merengek terus.
Untuk mengatasi bayi yang mengalami kembung, perlu dibuatkan ramuan atau jamu yang terbuat dari:
Untuk diminum bayi
Ramuan untuk bayi yang mengalami kembung terbuat dari adas pulawaras, akar lembong 1 batang, kayu manis 1 batang sebesar kelingking, bawang merah 1 butir, dan garam.
Bahan-bahan tersebut ditumbuk dan campurkan air secukupnya. Saring hasil tumbukan dan minumkan pada bayi.
Untuk ditempel dan dioleskan pada tubuh bayi
Bayi yang mengalami kembung jangan dimandikan dahulu, tetapi telapak tangan dan telapak kakinya diolesi dengan minyak kelapa yang dicampur dengan tumbukan bawang merah.
Bawang merah, adas pulawaras, kedawung yang sebelumnya dibakar, kemudian bahan-bahan tersebut ditumbuk halus, lalu tempelkan pada perut si bayi.
Adas pulawaras, bawang merah, daun inggu, yang ditumbuk semuanya hingga halus, lalu dicampur dengan minyak kayu putih dan ditempelkan pada perut si bayi.
Ketika bayi mengalami kembung, biasanya disertai dengan panasnya badan bayi. Untuk menurunkan panas tersebut maka remaslah daun dadap srep muda kemudian ditempelkan pada perut dan kepala si bayi.
Anda boleh saja tidak percaya pada ramuan di atas, tetapi coba saja dulu, kalau pun tidak, anggap saja sebagai tambahan pengetahuan untuk melestarikan tradisi leluhur kita. (ktw)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari