Intisari-online.com - Kabar duka kembali datang dari Selebgram 21 tahun Edelenyi Laura Anna.
Laura Anna dikabarkan meninggal dunia pada Rabu (15/12/21).
Kabr tersebut tersebar melalui akun instagram milik Aan Story, yang mengucapkan duka cita atas meninggalnya Laura Anna.
Kabar kematian Laura Anna pun dikonfirmasi oleh kerabatnya Putri Syah Alam, atau Putri Jimbo.
Baca Juga: Laura Anna Meninggal Dunia, Kecelakaan 2 Tahun Lalu Membuatnya Lumpuh hingga Idap Ulkus Dekubitus
Putri Jimbo mengatakan Laura Anna sempat dibawa ke rumah sakit usai mengalami sesak napas.
Kemudian kondisinya membaik dan dibawa pulang, namun begitu sampai di rumah Laura Anna kembali mengalami sesak napas.
Setelah itu, ketika ia hendak dibawa kembali ke rumah sakit, Laura Anna dinyatakan meninggal dunia.
Laura Anna meninggal dunia ketika berjuang melawn penyakitnya spinal cord injury (SCI) cedera sumsum tulang belakang.
Cedera yang dialami Laura Anna disebabkan kecelakaan mobil ketika bersama mantan kekasihnya, Gaga Muhammad.
Kondisi ini menyebabkan Laura Anna mengalami kelumpuhan dan tidak bisa berjalan.
Meski hanya terlihat mengalami kelumpuhan, ternyata penderita SCI disebut memiliki harapan hidup lebih rendah dari orang normal pada umumnya.
Hal ini seperti diungkapkan dalam laman resmi Universitas Airlangga, Surabaya yang menjelaskan tentang Cervical spinal cord conjury (SCI).
Menurut keterangannya, SCI bisa mengacam nyama dan memerlukan intervensi bedah untuk menghindari risiko hemodinamik dan pernapasan.
Tindakan operasi diperlukan utuk memperbaiki fraktur serviks yang tidak stabil.
Pendekatan anterior dan posterior dilakukan untuk dekompresi dan menstabilkan tulang belakang leher.
SCI bisa menurunkan kualitas hidup penderitanya, karena dampak sensorik, motorik, dan fungsi otonom.
Selain itu, trauma akibat kecelakaan mobil dan jatuh menjadi penyebab paling umum SCI.
Untuk itu harapan hidup penderita SCI lebih rendah daripada orang normal pada umumnya.
Operasi tulang belakang di Indonesia seringkali dilakukan di rumah sakit tersier, pasien SCI juga harus mendapatkan perawatan yang hati-hati, supaya tidak memperburuk kondisinya.
Pasien SCI yang memiliki cedera serviks juga berada dalam kondisi bahaya karena ketidakstabilan kardiovaskular dan gangguan pernapasan.
Untuk mengatasinya, diperlukan pembedahan, untuk menghindari komplikasi dan kematian.
Dalam kondisi ini, keberhasilan operasi sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil terbaik pada penanganan pasien SCI.
Operasi dilakukan untuk memulihkan hemiodinamik, stabilitas, dan kasus serviks merupakan prioritas utama.