Intisari - Online.com -Korea Utara baru saja merilis sebuah video yang menunjukkan anak-anak TK mendatangi aktivitas ekstrakurikuler di sekolah mereka.
Di sana mereka belajar menari, bermain gitar sampai kaligrafi Korea Utara.
Video yang juga diunggah di South China Morning Post tersebut menunjukkan beberapa anak perempuan menari bersama dengan gaun berwarna kuning cerah.
Mereka semua juga memegang mikrofon agar nyanyian mereka lebih lantang lagi.
Tidak hanya menari, anak laki-laki berlatih memainkan gitar dengan pakaian necis dan rapi serta mengenakan masker.
Ekstrakurikuler di TK di Korea Utara itu dikatakan dilakukan untuk memupuk bakat anak-anak negara pimpinan Kim Jong-Un.
Jon Yong-hui, kepala TK Munhung, mengatakan ada berbagai aktivitas ekstrakurikuler di TK yang ia pimpin.
Antara lain menari, gitar, kaligrafi, bermain biola, piano, sempoa, tergantung bakat anak-anak tersebut.
"Menurut pengalaman, pendidikan TK penting dalam perkembangan intelektual anak kecil," ujarnya dalam video yang juga dirilis Reuters dan KCNA tersebut.
Guru TK Korea Utara sendiri mengajar dengan pakaian hanbok khas negara tersebut.
Menariknya, walaupun Korea Utara belum resmi melaporkan kasus Covid-19, anak-anak TK tersebut menggunakan masker wajah.
Rupanya masker menjadi kewajiban bagi murid-murid sejak sekolah dibuka kembali pada Juni 2020.
Anak-anak juga diajari bermain kubus rubik dan diminta menyelesaikan permainan teka-teki yang rumit itu.
Banyak komentar bergulir menanggapi video yang dirilis Korea Utara itu, beberapa ada yang lega jika anak-anak Korea Utara mendapat pendidikan yang memadai.
Namun ada yang mengatakan pendidikan ini termasuk mahal di Korea Utara dan hanya warga golongan elit saja yang bisa mendapatkannya.
Sebagai salah satu negara paling tertutup di dunia, tidak heran banyak yang penasaran seperti apa kehidupan di Korea Utara.
Salah satunya tentang sistem pendidikan mereka.
September 2021 lalu, ada kebijakan baru dari Kim Jong-Un pemimpin Korea Utara yang memerintahkan mengurangi waktu belajar anak-anak TK.
Namun, bukannya lega, orang tua justru memprotes kebijakan tersebut.
Melansir Daily NK, Kim Jong-Un memerintahkan mengurangi waktu belajar TK di seluruh Korea Utara dari awalnya 5 jam menjadi 3 jam saja.
Namun pengurangan itu dilakukan dengan cara mengurangi jam belajar bahasa Korea Utara dari awalnya tiga jam menjadi dua jam.
Sumber dari Provinsi Hamgyong Utara mengatakan jika menurut Kim Jong-Un, "menghabiskan terlalu banyak waktu belajar bahasa Korea Utara bisa berdampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan anak kecil."
Sumber itu juga mengatakan kebijakan baru mengharuskan kurikulum TK untuk melakukan pendidikan bagi murid-muridnya cukup sampai mereka mampu "menulis nama mereka sendiri dan menghitung sampai 30."
Ternyata, pendidikan Korea Utara terdiri atas mempelajari masa kecil Kim Il Sung dan Kim Jong Il, belajar bahasa Korea Utara, menghitung, belajar sempoa, dan menari dan menyanyi.
Jam pelajaran 5 jam kelas harian dikurangi menjadi 3 jam saja, tapi dengan cara mengurangi waktu yang dipakai untuk belajar bahasa Korea Utara dari 3 jam menjadi 1 jam, sementara pelajaran lain tidak dikurangi jamnya.
Perubahan ini disebut cara menunjukkan kebijakan "ramah anak" dari Kim Jong-Un dengan mendemonstrasikan kepentingan khusus dalam memupuk dan memperkenalkan kesetiaan di generasi muda terhadap partai dan negara.
Faktanya, gerakan ini bisa dimaknai sebagai sebuah upaya memperkuat solidaritas rezim melalui apa yang disebut-sebut "politik mencintai warga."
Baca Juga: Dikecam AS dan Eropa, Korea Utara Bela Diri Luncurkan Rudal Balistik untuk Alasan Ini
Namun, kontras dengan tujuannya, ketidakpuasan telah muncul di antara para orangtua yang kesal mata pelajaran bahasa dikurangi dan bagi yang merasa pemerintah mencegah anak-anak belajar "kemampuan hidup yang diperlukan."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini