Intisari-Online.com - China dituding telah mengatur jebakan utang atau debt trap di negara-negara Afrika, namun pemerintah China membantah keras tuduhan tersebut.
Meski demikian, banyak pakar meragukannya.
Jebakan utang sendiri mengarah pada negara pemberi utang atau kreditur yang dengan sengaja memperpanjang kredit karena negara yang berutang (debitur) mengalami kesulitan keuangan untuk membayar pinjaman jatuh tempo.
Akan tetapi, perpanjangan masa kredit biasanya mengandung syarat tertentu seperti negara kreditur mendapatkan konsesi ekonomi, bahkan politik, di negara debitur.
Dalam kasus negara-negara miskin di Afrika, jawaban untuk membiayai pembangunan infrastruktur daerahnya adalah dengan berutang pada pemerintah asing, termasuk China.
Dengan adanya Belt and Road Initiative, ditambah dengan pinjaman dari bank-bank pembangunan Beijing, China telah merebut posisi negara-negara Barat sebagai kreditur pemerintah terbesar di benua Afrika.
Namun, bukan berarti tanpa risiko ketika China memutuskan untuk memasuki area yang dijauhi banyak negara Barat karena banyaknya permasalahan di benua Afrika termasuk konflik dan ketidakstabilan politik.
Ketidakstabilan yang berkembang di seluruh Afrika telah memusatkan perhatian baru pada kebijakan China (untuk menghindari politik internal dan menjalankan bisnis seperti biasa), menimbulkan pertanyaan tentang apakah China akan dapat melanjutkan pendekatan ini.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR