Temui Achilles, Prajurit Yunani yang Dimandikan ke Sungai Styx Agar Hidup Abadi, Namun Sejak Kecil Sudah Diramal Akan Mati Gagah Berani dalam Perang Troya

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com- Seperti kebanyakan pahlawan dalam kisah mitologi, Achilles memiliki pohon keluarga yang rumit.

Ayahnya adalah Peleus, raja Myrmidons yang tak kenal takut, dan ibunya adalah Thetis, seorang Nereid.

Menurut mitos dan cerita yang disusun lama setelah Iliad, Thetis berusaha membuat bayi-bayinya abadi.

Dia membakarnya di atas api setiap malam, lalu melapisi lukanya dengan salep ambrosial.

Baca Juga: Ditemukan Bersama Benda yang Usianya Capai 3.500 Tahun, Granat Tangan Era Tentara Perang Salib yang Ditemukan di Israel Berisi 'Api Yunani' yang Sangat Membakar

Kemudian dia mencelupkannya ke Sungai Styx, yang memiliki air kekebalan dari para dewa.

Namun, saat mencelupkan Achilles, Thetis selalu mencengkeram erat-erat bagian kakinya.

Sehingga air tak pernah menyentuh tumit Achilles, Achilles menjadi kebal di seluruh tubuhnya tapi tidak bagian tumitnya.

Saat Achilles berumur 9 tahun, dia diramalkan akan mati dengan gagah berani dalam pertempuran melawan Troya.

Baca Juga: Inilah Kisah di Balik Huruf A Sampai Z dalam Alfabet yang Kita Kenal Sekarang (2)

Mendengar ramalan ini, Thetis mengirim Achilles untuk tinggal di pulau Aegean Skyros agar ditempa menjadi pejuang yang hebat.

Thetis juga pandai besi untuk membuat pedang dan perisai yang akan membuat Achilles aman.

Dituliskan oleh Homer dalam Illiad, bahwa Achilles juga adalah seorang yang pendendam dan cepat marah.

Perang Troya

Menurut legenda, Perang Troya dimulai ketika raja dewa Zeus memutuskan untuk mengurangi populasi manusia Bumi dengan mengatur perang antara orang Yunani dan Troya.

Baca Juga: Inilah Kisah di Balik Huruf A Sampai Z dalam Alfabet yang Kita Kenal Sekarang, Campur Tangan Pengubahan oleh Orang Yunani HIngga Bangsa Romawi

Dalam perang Troya, Achilles memimpin Yunani dalam pertempuran.

Achilles meraih kesuksesan besar dan tak terkalahkan, meski kemudian perang itu menemui jalan buntu.

Dengan prajurit terbesar Yunani dari medan perang, keberuntungan mulai berbalik mendukung Troya.

Orang-orang Yunani kalah satu demi satu dalam pertempuran.

Akhirnya, sahabat terbaik Achilles, prajurit Patroclus, mampu membuat kompromi: Achilles tidak akan bertempur, tetapi dia membiarkan Patroclus menggunakan armor kuatnya sebagai penyamaran.

Baca Juga: Inilah Huruf Cantik A Sampai Z dalam Sepuluh Abjad Terindah di Dunia, Salah Satunya Aksara Jawa yang Kita Kenal

Dengan begitu, Troya akan berpikir bahwa Achilles telah kembali berperang dan akan mundur dalam ketakutan.

Namun, Patroclus kemudian terbunuh oleh pangeran Troya, Hector.

Hal itu membuat Achilles marah dan bersumpah akan membalas dendam.

Dia mengejar Hector kembali ke Troy dan membantai semua Troya yang berada di jalanan.

Hingga Achiles pun akhirnya mampu membunuh Hector dengan menusuknya tepat di tenggorokan.

Sebelumnya Hector memohon pemakaman terhormat di Troy, tetapi Achilles bertekad untuk mempermalukannya.

Achilles menyeret tubuh Hector di belakang kereta perangnya sepanjang jalan kembali ke kamp Achaean dan melemparkannya ke tumpukan sampah.

Namun akhirnya Achilles mengembalikan tubuh Hector ke ayahnya untuk dimakamkan dengan layak.

Baca Juga: Inilah Api Yunani, Senjata Rahasia Tertinggi Kekaisaran Bizantium yang Ditakuti, Namun Orang Arab Bisa Temukan Penangkalnya Yaitu Barang Murah yang Biasa Digunakan di Dapur

Akhir Hidup Achilles

Dalam bukunya Iliad, Homer tidak menjelaskan apa yang terjadi pada Achilles.

Namun menurut legenda kemudian, Apollo yang dendam akan membalaskan kematian Hector melalui tangan Paris.

Paris, yang bukan seorang pejuang pemberani, menyergap Achilles ketika dia memasuki Troy.

Dia memanah Achilles di tumitnya, di mana tangan ibunya telah menahan air sungai Styx untuk membasahi kulitnya.Seketika pun Achilles mati di tempat.

Baca Juga:Inilah Leonidas, Raja Sparta paling Terkenal yang Bertarung hingga Titik Penghabisan

Artikel Terkait