Intisari-Online.com - Dari hari ke hari, kasus virus corona di dunia semakin banyak.
Hampir dua tahun pandemi berjalan, kasus virus corona di dunia mencapai197.313.422 kasus.
Dengan4.213.120 kasus kematian.
Bahkan beberapa negara tengah mengalami gelombang ketiga pandemi virus corona.
Nah, di tengah situasi dunia yang masih sangat repot, muncul sebuah virus baru yang digadang-gadang lebih berbahaya daripada Covid-19.
Virus apakah itu?
Dilansir dariexpress.co.uk pada Jumat (30/7/2021), klinik anak-anak terbesar di Jerman, Olgahospital di Klinik Stuttgart, telah melaporkan peningkatan penyakit pernapasan dan Respiratory Syncytial Virus (RSV) selama dua minggu terakhir.
Jumlah anak yang dirawat di rumah sakit karena infeksi itu kini hampir dua kali lipat, dibandingkan dengan angka musiman biasa.
"Di musim panas, sekitar 70anak masuk ruang gawat darurat di Olgahospital."
"Namun hanya sekitar 20 persen yang biasanya harus dirawat sebagai pasien rawat inap," kataJan Steffen Jurgensen, Ketua Dewan di Klinik Stuttgart.
Namun, baru-baru ini rumah sakit telah melihat sekitar 130 anak dirawat hanya dalam satu hari.
Selain itu, tiga anak dirawat minggu lalu, dan minggu sebelumnya, untuk infeksi RSV yang parah.
Situasi itu membuatTobias Tenenbaum, Ketua German Society for Pediatric Infectious Diseases (DGPI) berkomentar.
Di mana menurutnya RSV jauh lebih berbahaya daripada Covid-19, terutama untuk anak-anak kecil.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), RSV adalah virus pernapasan umum yang biasanya menyebabkan gejala ringan seperti pilek.
Kebanyakan orang sembuh dalam waktu dua minggu, tetapi virusnya bisa serius, terutama untuk bayi dan orang dewasa yang lebih tua.
RSV adalah penyebab paling umum dari bronkiolitis (radang saluran udara kecil di paru-paru) dan pneumonia (infeksi paru-paru) pada anak-anak di bawah satu tahun.
Kini, para ahli tengah mencoba mencari tahu alasan di balik lonjakan kasus besar-besaran.
Pelonggaran lockdown bisa membuat penyakit menular yang serius dapat menyebar lebih cepat di antara populasi.
Tapi jika dilakukan lockdown, makabanyak anak tidak dapat membangun kekebalan.
Di Swiss, situasinya serupa dengan Pediatric Society yang mencatat jumlah kasus tertinggi hingga saat ini di Zurich.
Jumlah kasus di Swiss meningkat menjadi 90 pada Juni dari 10 pada April, menurut Departemen Penyakit Menular dan Kebersihan Rumah Sakit.
Saat ini, tidak ada vaksin untuk RSV, tetapi uji coba sedang berlangsung dengan empat vaksin sudah dalam studi fase III.