Intisari-online.com - Beberapa waktu lalu, ada rumor mengatakan China bakal meminta Pulau Kalimantan sebagai jaminan utang.
Kabar itu beredag mengatakan, China bakal ke Indonesia untuk meminta Pulau Kalimantan sebagai jaminan utang, kemudian Presiden Jokowi akan mengundurkan diri.
Namun, setelah ditelusuri kabar itu ternyata hanyalah hoax semata, dan tak ada bukti valid yang mendukung teori tersebut.
Meski demikian ternyata ini bukan pertama kalinya, ada rumor soal jaminan utang ke China, sebelumnya tiga bank BUMN ini pernah mengalami hal serupa.
Ketiganya bankk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu Bank Mandiri, BNI, dan BRI, sempat dirumorkan jadi jaminan utang ke China.
Rumor itu muncul pada tahun 2015 silam, ketika pemerintah Indonesia berutang 30 miliar dollar AS atau Rp40 triliun ke China.
Pinjaman itu disaksikan oleh Menteri BUMN yang saat itu menjabat Rini Soemarno, 16 September 2015.
Kemudian sejak saat itu, rumor soal ketiga bank BUMN menjadi jaminan utang pun muncul di media sosial.
Sejumlah rumor mengatakan, bahwa menteri BUMN berutang ke China dengan menjadikan ketiga bank itu sebagai jaminan.
Namun, setelah ditelusuri tak ada konfirmasi mengenai kebenaran kabar tersebut.
Pada saat itu mulai beredar imbauan agar masyarakat menarik uang tabungan di Bank Mandiri, BRI dan BNI, yang digadang bakal jadi agunan pinjaman China.
"Tarik uang tabungan Anda di Mandiri, BNI, BRI!, bahaya bank itu telah menjadi jaminan utang oleh menteri BUMN ke China, bisa dijual kapanpun di tengah kondisi seperti ini," ujarnya.
Namun, untungnya banyak netizen merespon kabar tersebut dengan menyebutnya hoax.
Bahkan, mereka menyebut kabar tersebut hanya provokasi semata yang dibuat-buat hanya untuk memancing kekacauan.
Sementara itu, kabar tersebut juga tak cukup heboh seperti rumor Pulau Kalimantan yang dijadikan jaminan utang ke China.
Padahal diketahui, China sejauh ini adalah pemberi utang terbanyak keempat di Indonesia.
China yang berada di urutan keempat negara pemberi utang terbanyak ke Indonesia dengan nominal, 21,45 miliar dollar AS.
Artinya jelas jumlah utang China tak seberapa dibandingkan dengan Singapura, Amerika, dan Jepang.
Sementara pertumbuhan utang Indonesia memang tengah meningkat akibat pembengkakan anggaran di tengah pandemi Covid-19 ini.
Pertumbuhan utang Indonesia memang terus naik selama 2 tahun selama pandemi ini, dan menurut Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) Agung Firman Sampurna, pembengkakan ini cukup mengkhawatirkan.
Karena bisa membahayakan kemampuan pemerintah dalam membayar utang luar negeri.
"Ini memunculkan kekhawatiran terhadap penurunan kemampuan pemerintah dalam membayar utang dan bunga utang," jelas Firman.