Sudah Setahun Berlalu, WHO Kembali Umumkan Dunia Kembali Alami Darurat Covid-19, Statistik Berbahaya Ini Menjadi Alasannya

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Konferensi pers WHO
Konferensi pers WHO

Intisari-online.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali lagi menyuarakan darurat.

Situasi Covid-19 kembali dalam situasi berbahaya, karena munculnya varian delta.

Lantas apa yang menyebabkan WHO kembali umumkan situasi darurat pada Dunia, sejak munculnya varian delta.

Menurut Straits Times, Minggu (4/7/21), melaporkan, dunia berada dalam fase sangat berbahaya akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga: Krisis Oksigen hingga Ada 33 Pasien Covid-19 Meninggal saat Dirawat di Rumah Sakit, Media Australia ini Soroti Betapa Kritisnya Situasi Rumah Sakit di Indonesia

Virus corona varian delta setidaknya telah terdeteksi di 98 negara, menurut laporan Straits Times, melaporkan.

Direktur jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menekankan pada 2 Juli varian delta yang muncul di India sangat berbahaya.

Hal itu dikarenakan varian ini terus berevolusi dan bermutasi.

Situasi ini, membutuhkan penilaian berkelanjutan dan penyesuaian yang cermat terhadap respons kesehatan masyarakat.

Baca Juga: Tidak Ada Prokes Hingga Pembatasan Jarak Dicabut, Inilah Tempat Di Dunia yang Disebut-Sebut Paling Aman dari Covid-19, Apa Rahasianya?

"Varian Delta telah terdeteksi di setidaknya 98 negara dan menyebar dengan cepat di negara-negara dengan tingkat vaksinasi rendah dan tinggi," kata Tedros.

Pemerintah di seluruh dunia telah membunyikan alarm tentang penyebaran varian Delta.

Namun, sambil melonggarkan pembatasan pergerakan dan membuka kembali perbatasan dalam upaya menyelamatkan ekonomi.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, hampir 25% infeksi baru di AS terkait dengan varian Delta, naik dari 6% pada awal Juni.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Eropa memperingatkan varian Delta akan mencakup 90% kasus Covid-19 di blok tersebut pada akhir Agustus.

Varian Delta juga menyebar ke seluruh Asia, dalam konteks Australia dan Malaysia mencatat peningkatan infeksi, memaksa perintah blokade dan mempercepat kampanye vaksinasi.

Baca Juga: Parah! Manfaatkan Covid-19 Pria India Jual Vaksin Palsu Dengan Gunakan Bahan Dapur Ini 2.600 orang Jadi Korbannya, Padahal Per Orang Bayar Rp150 ribu

Tedros pada 2 Juni meminta negara-negara untuk memvaksinasi setidaknya 10% dari populasi, dimulai dengan garis depan dan kelompok rentan.

Ini akan mengakhiri fase berbahaya pandemi dan menyelamatkan banyak nyawa, katanya.

Pemimpin WHO itu juga meminta produsen vaksin seperti Pfizer-BioTech dan Moderna untuk berbagi pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat produksi vaksin mRNA baru.

"Semakin cepat kita mulai membangun lebih banyak pusat vaksin dan membangun kapasitas vaksin global, semakin cepat kita dapat mengurangi peningkatan kematian," kata Tedros.

Menurut pemimpin WHO, ada dua cara untuk membalikkan peningkatan infeksi saat ini.

Yang pertama adalah memastikan bahwa langkah-langkah kesehatan sosial dan masyarakat seperti deteksi kasus dini, pengawasan, pengujian, isolasi dan perawatan klinis diterapkan.

Baca Juga: Beruntung Indonesia Menggunakannya, Walaupun Kemanjurannya Diragukan, Ternyata Ini Kelebihan Vaksin Sinovac Dibandingkan Vaksin Covid-19 Lainnya

"Ini termasuk memakai masker, menjaga jarak fisik, menghindari tempat ramai dan menjaga area dalam ruangan berventilasi baik," kata Tedros.

Kedua, dunia harus terbuka untuk berbagi alat pelindung, oksigen, tes, perawatan, dan vaksin.

Sementara beberapa negara telah membagikan stok vaksin mereka, Tedros mengatakan jumlahnya "hanya sedikit", di tengah varian yang semakin berbahaya.

"Saya telah meminta para pemimpin di seluruh dunia untuk bekerja sama untuk memastikan bahwa pada saat ini tahun depan, 70 persen orang di setiap negara divaksinasi," kata Tedros.

Artikel Terkait