Sosoknya Kembali Dibicarakan Kala Kasus Sate Sianida Mencuat, Jessica 'Kopi Sianida' Ternyata Pernah Kejutkan Pakar karena Kerap Berikan Respon Janggal Ini, 'Ada Sesuatu'

Tatik Ariyani

Editor

Tersangka Pengiriman Sate NA - Jessica Wongso
Tersangka Pengiriman Sate NA - Jessica Wongso

Intisari-Online.com -Beberapa waktu lalu, seorang anak pengemudi ojek online berinisial NF (10), warga Salakan, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta tewas setelah menyantap sate yang dibawa oleh ayahnya, Bandiman.

Bandiman mendapat sate itu dari NA (25) perempuan warga Majalengka yang sebelumnya ditujukan untuk Tomy.

Namun, karena Tomy dan keluarganya menolak, sate itu pun diberikan kepada Bandiman yang kemudian dibawanya pulang untuk buka puasa.

Baca Juga: Dulu Kondang untuk Kasus Pembunuhan Mirna, Racun Sianida Kembali Menyuara Setelah Jadi Biang Kerok Sate Beracun yang Salah Sasaran Tewaskan Anak Driver Ojol Tak Bersalah Ini

Sate itu dimakan oleh istri dan anaknya, NF.

Tak lama, anak Bandiman mendadak tersungkur dan istri Bandiman, Titik Rini, muntah.

Istrinya berhasil diselamatkan setelah dibawa ke Rumah Sakit, namun anaknya tidak tertolong.

Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi Dinas Kesehatan DIY mengungkap ada kandungan potasium sianida dalam paket takjil itu.

Baca Juga: Tepat Lima Tahun Berselang, Masih Ingatkah Anda dengan Kopi Sianida Pesanan Jessica yang Menewaskan Mirna dan Membuat Pelakunya Menjalani Vonis 20 Tahun Penjara

Ahli Forensik Universitas Gadjah Mada (UGM), Lipur Riyantiningtyas, mengatakan potasium sianida merupakan jenis racun yang bisa dibeli secara bebas.

Zat ini biasanya terkandung dalam racun tikus.

Jika masuk ke dalam tubuh, racun itu akan mencegah sel menggunakan oksigen. Akibatnya, sel-sel dalam tubuh akan mati.

Kasus ini kembali mengingatkan masyarakat mengenai kasustewasnya seorang wanita setelah minum kopi yang ternyata berisi racun sianida.

Kejadian tersebut terjadi tepat pada 6 Januari 2016, yang membuat kematian seorang wanita, Wayan Mirna Salihin, setelah menenggak kopi tersebut.

Ketika itu, Mirna yang berusia 27 tahun akhirnya menghembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan menuju ke rumah sakit.

Wafatnya Mirna menyita perhatian publik selama sekitar 10 bulan setelah diketahui kasus itu bukan sekadar kematian biasa, melainkan pembunuhan berencana.

Baca Juga: Pemimpin KKBEgianus Kogoya Dijamin Langsung Tamat Jika Bertemu, Inilah PasukanRahasia yang Dibentuk Luhut dan Prabowo, Bekerja Hanya dalam Hitungan Menit!

Peristiwa ini bermula ketika empat orang yang berteman sejak kuliah di Billy Blue College, Australia, ingin reuni di Jakarta. Mereka adalah Mirna, Jessica Kumala Wongso, Hani Boon Juwita, dan Vera.

Pertemuan itu terlaksana pada 6 Januari 2016 di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta Pusat.

Namun, hanya tiga orang yang hadir lantaran Vera absen. Pada hari nahas tersebut, Jessica lebih dulu tiba di Olivier sebelum pukul 16.00 WIB untuk menghindari kebijakan 3 in 1 (satu mobil minimal berisi tiga orang).

Dia kemudian berinisiatif memesan es kopi vietnam dan dua cocktail.

Tak lama berselang, Mirna tiba bersama Hani. Mereka mendatangi Jessica sudah menunggu di meja 54 dengan pesanan minuman yang sudah dihidangkan.

Es kopi vietnam sengaja dipesan untuk Mirna. Usai bertegur sapa, Mirna meminum es kopi vietnam.

Tak dinyana, ia kejang-kejang setelah meminum es kopi itu, lalu tak sadarkan diri.

Mulutnya juga mengeluarkan buih. Ia sempat dibawa ke sebuah klinik di Grand Indonesia, lalu dilarikan ke Rumah Sakit Abdi Waluyo.

Baca Juga: Trending Setelah Arab Saudi Rilis Foto Resolusi Tinggi, Hajar Aswad Ternyata Punya Bentuk yang Tak Sempurna Akibat Peristiwa Kelam Ini, Kabah pun Turut Jadi Korban

Namun, Mirna meninggal dunia dalam perjalanan menuju RS.

Setelah Mirna dinyatakan wafat, ayah Mirna, Edi Dharmawan Salihin, lantas melaporkan kematian putrinya ke Polsek Metro Tanah Abang lantaran menilai anaknya tewas tidak wajar.

Pada 16 Januari 2016 atau enam hari setelah pemakaman, Kepala Puslabfor Polri saat itu, Brigadir Jenderal Alex Mandalikan, mengungkapkan bahwa ada zat sianida dalam kopi Mirna.

Racun mematikan tersebut juga ditemukan di lambung Mirna. Setelah diperiksa, ternyata ada sekitar 3,75 miligram sianida dalam tubuh Mirna.

Oleh karena itu, polisi meningkatkan penyelidikannya menjadi penyidikan.

Peningkatan status tersebut karena diduga ada tindak pidana dalam kematian Mirna. Polisi lantas melakukan gelar perkara sebelum menetapkan tersangka.

Setelah melakukan penyelidikan mendalam, termasuk melihat rekaman kamera CCTV dan memeriksa Jessica, Hani, keluarga Mirna, dan pegawai kafe Olivier sebagai saksi, polisi pun menetapkan tersangka.

Pada 29 Januari 2016, polisi menetapkan Jessica sebagai tersangka. Perempuan berambut panjang itu lantas ditangkap keesokan harinya di sebuah hotel di Jakarta Utara.

Jessica, yang beberapa hari sebelumnya kerap tampil di televisi swasta untuk membahas kematian temannya, diduga menaruh racun sianida dalam kopi Mirna.

Usai ditangkap, Jessica menjalani sejumlah pemeriksaan, termasuk melakoni tes kejiwaan di RSCM guna mengetahui motif di balik pembunuhan Mirna.

Drama praperadilan, persidangan, putusan hakim Pihak Jessica mengajukan praperadilan ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat pada 16 Februari 2016.

Salah satu kuasa hukum Jessica, Yudi Wibowo, mengatakan bahwa pihaknya mengajukan praperadilan lantaran merasa penetapan dan penahanan terhadap kliennya tidak sah.

Namun, PN Jakarta Pusat menolak gugatan praperadilan yang diajukan Jessica pada 1 Maret 2016 karena dianggap salah alamat.

Setelah cukup lama lantaran berkas perkara tak kunjung selesai sehingga Jessica ditahan selama lima bulan, persidangan kasus pembunuhan Mirna untuk pertama kalinya digelar pada 15 Juni 2016.

Butuh 32 kali persidangan dan puluhan saksi dihadapkan ke pengadilan sebelum hakim akhirnya menjatuhkan putusan.

Pada 27 Oktober 2016, Jessica dinyatakan bersalah atas pembunuhan berencana kepada Mirna.

Motifnya adalah sakit hati karena dinasihati soal asmara. Jessica divonis hukuman 20 tahun penjara atau sesuai dengan tuntutan yang diajukan jaksa penuntut.

Ajukan banding, kasasi, dan PK Vonis hakim tersebut belum mengakhiri kasus kematian Mirna. Sebab, pihak Jessica melancarkan berbagai upaya hukum.

Usai mendengar vonis hakim, Jessica langsung mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Pada 7 Maret 2017, Pengadilan Tinggi DKI Jakarta mengeluarkan putusan bernomor 393/PID/2016/PT.DKI Tahun 2017.

Dalam putusan itu, hakim Elang Prakoso Wibowo, Sri Anggarwati, dan Pramodana Atmadja menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang menjatuhkan vonis 20 tahun kepada Jessica.

Mengetahui bandingnya ditolak, Jessica melakukan upaya hukum lanjutan dengan mengajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung (MA).

Akan tetapi, permohonan kasasi Jessica dengan nomor register 498K/Pid/2017 juga ditolak MA pada 21 Juni 2017.

Tetap merasa tak bersalah, Jessica melancarkan usaha lain demi terbebas dari hukuman penjara dengan mengajukan Peninjauan Kembali (PK).

Namun, lagi-lagi upaya hukum yang diajukan Jessica ditolak.

MA menolak permohonan PK dengan nomor register 69 PK/PID/2018 itu pada 3 Desember 2018.

Jessica Wongso pun hingga kini masih mendekam di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur, menjalani vonis 20 tahun penjara.

Artikel Terkait