Intisari-Online.com -Gelombang kedua Covid-19 India pada kenyataannya tidak menghentikan negara tersebut untuktetap jor-joran belanja demi ladeni musuh besarnya.
Bahkan, jumlah yang dikeluarkan sangatlah besar, yaitu mencapai seperempat anggaran militer Indonesia untuk 2021.
Nampaknya India sadar bahwa negara yang justru telah 'mengirim' virus mematikan ke negaranya kini telah pulih.
Jadi, sadar bahwa potensi culas negara tersebut telah membuat India yang lemah tetap memilih jor-joran balanja alutsista.
Padahal, seperti kita ketahui, India kini tengah menjadi negara dengan dampak Covid-19 terburuk di dunia.
Merujuk data Worldometers, per Selasa (4/5/2021), India telah mengalami penambahan jumlah kasus sebanyak 355.8282.
Hal ini semakin melonjakkan jumlah kasus Covid-19 di negara tersebut menjadi 20.275.543 kasus.
Jumlah korban yang meninggal dunia pun tak kalah sedikit, yaitu mencapai 222.383 orang, dengan tambahan 25 orang yang meregang nyawa usai kehabisan pasokan oksigen.
Namun, nampaknya India tidak mau sedikit pun lengah atau malah lebih tepatnya tak sudi diserang dua kali secara masif oleh musuh besarnya.
Tentu saja, negara yang dimaksud tidak lain adalah China yang telah 'mengirim' virus Corona ke berbagai negara, termasuk India.
Namun, sementara negeri tirai bambu berhasil sembuh dari pandemi yang dimulainya sendiri, negara lain seperti India justru sedang terpukul hebat.
Apalagi, keduanya belum lama ini terlibat sebuah bentrokan hebat di perbatasan yang memisahkan keduanya di Ladakh,di pegunungan Himalaya.
Menteri Luar Negeri India Jenderal Manoj Mukund Naravane bahkan secara blak-blakan menyebut bahwa China adalah salah satu dari dua negara yang menjadi ancaman terbesar India, selain Pakistan.
"Pakistan dan China bersama-sama membentuk ancaman yang sangat kuat. Bahkan,setiap tahun Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) selalu datang ke wilayah tradisional mereka," ujarNaravane.
"Bahkan mereka seperti tidak memiliki hasrat untuk mengurangi pasukan dari wilayah yang rentan terjadi gesekan."
Pilih jor-joran
Tak ayal, hal ini membuat India tidak memiliki pilihan lain dalam memperkuat militernya meski negaranya tengah luluh lantak oleh tsunami Covid-19.
Angkatan Laut mereka saja baru membeli enam pesawat patroli maritim Boeing P-81 baru.
Harga totalnya? Mencapai AS$2,42 miliar (setara Rp35 triliun) alias seperempat anggaran militer Indonesia untuk 2021 (Rp136,9 triliun).
Pembelian ini secara resmi diumumkan olehBadan Kerja Sama Keamanan Pertahanan Departemen Pertahanan AS seperti dilaporkan olehBulgarianMilitary.com.
Dalam kesepakatan yang terjadi, pembelian ini disebutkan juga mencakup pembeliansistem radio taktis gabungan, sensor untuk peringatan serangan penyerbuan, sistem GPS built-in, dan sistem navigasi inersia.
Selain itu, paket pembelian tersebut juga disebut mencakupperangkat lunak taktis, perangkat elektro-optik dan inframerah, speaker, dan sistem peringatan radar.
Keberadaan P-81 sendiri dipercaya dihadirkan oleh India karena mereka sadar bahwa kekuatan maritim mereka menjadi kekuatan penting untuk mengadang para musuhnya di laut.
Hal ini juga dapat terlihat ketika India memutuskan untuk meluncurkan helikopter patroli laut yang merupakan buatan negaranya sendiri.
Jumlahnya pun tidak main-main, yaitu mencapai 32 unit helikopter.
Belum lagi, India juga tengah mempertimbangkan Boeing F-18 Super Hornet atau MiG-29K Rusia untuk menjadi pesawat jet di kapal induk miliknya.
Terasa terlalu jor-joran? Faktanya India memang tidak pantas untuk lengah mengingat kekuatan China yang begitu besar serta kekuatan dendam membara Pakistan yang bisa setiap saat meluluhlantakkan negeri Bollywood tersebut.