Intisari-Online.com - Di atas kertas, Beijing unggul dalam perbandingan kekuatan militer China dan India.
Militer China menempati peringkat ke-3 di dunia, meski total kekuatan militer India juga tak kalah hebatnya, yaitu berada di peringkat ke-4.
China menunjukkan keunggulannya dari India di berbagai sektor menurut Global Firepower 2021.
Di sektor udara, China memiliki 1.200 pesawat tempur, sementara India hanya 542. Begitu juga dengan pesawat serangan khusus, milik China berjumlah 371, sedangkan India hanya 130.
Helikopter serang milik China pun lebih banyak, yaitu 327, sedangkan India hanya 37.
Tapi untuk pesawat angkutan dan pelatihan, selisihnya tak mencolok. Pesawat angkutan China sebanyak 264, sedangkan India 251. Dan pesawat pelatih, China 405, sedangkan India 345.
Untuk helikopternya, China tercatat memiliki 902 unit, sedangkan India 775.
Beralih ke sektor laut, perbandingan yang cukup mencolok juga tampak pada peralatan tempur sektor ini. China mempunyai 50 kapal perusak, sedangkan India tercatat memiliki 10.
Jika keduanya terlibat serangan di bawah laut, China dengan 79 kapal selamnya, mengungguli jumlah kapal selam India yang jumlahnya 17.
Keduanya sama-sama memiliki kapal Induk, China berjumlah 2, sedangkan India 1.
Kemudian China memiliki 72 kapal fregat, 502 mine warfare, dan 123 patroli pantai. Dibanding India yang memiliki 23 kapal fregat, 246 mine warfare, dan 139 kapal patroli pantai.
Bagaimana dengan kekuatan darat? Apakah China masih tetap unggul atas India?
Statistik Global Firepower masih menunjukkan hal yang demikian.
China memiliki 35.000 kendaraan lapis baja, 1.970 artileri self-propelled, dan 2.250 protektor roket.
Namun untuk artileri lapangan, milik India lebih banyak yaitu 4.040 dibanding milik China yang sebanyak 1.234 unit.
Jumlah peralatan tempur angkatan darat India lainnya yaitu 10.000 kendaraan lapis baja, 100 artileri self propelled, dan 374 proyektor roket.
Itulah perbandingan kekuatan militer China dan India terbaru di masing- masing sektor kekuatan.
Untuk keuangan, China mempunyai anggaran pertahanan lebih besar yaitu sebanyak 178 miliar dollar AS. Sementara India tercatat memiliki anggaran pertahanan 73,6 miliar dollar.
Meski selisihnya dengan anggaran pertahanan China cukup jauh, namun jumlah tersebut masih membuat militer India jadi yang terkaya ke-3, setelah AS dan China.
Kekuatan militer China saat ini masih sama seperti tahun sebelumnya, mengungguli kekuatan militer India.
Kedua negara tersebut telah terlibat konflik perbatasan yang berkepanjangan, bahkan Juni tahun lalu memuncak dengan pecahnya bentrokan tentara di perbatasan.
Empat bulan kemudian dan lebih dari 1.500 mil jauhnya di Mumbai, India, kereta api ditutup dan pasar saham ditutup karena listrik padam di kota berpenduduk 20 juta orang itu.
Rumah sakit juga harus beralih ke generator darurat untuk menjaga ventilator tetap beroperasi di tengah wabah virus korona yang termasuk yang terburuk di India.
Kini, kedua peristiwa tersebut dikaitkan, melansir ndtv.com (1/3/3021), China mungkin menargetkan fasilitas listrik di seluruh India tahun lalu di tengah permusuhan di perbatasan, kata sebuah studi baru.
Studi tersebut menunjukkan bahwa di samping ketegangan Ladakh, yang meningkat pada bulan Juni dengan bentrokan di Lembah Galwan di mana 20 tentara India tewas untuk negara itu, malware China mengalir ke sistem yang mengelola pasokan listrik di seluruh India.
Baca Juga: Ini Gejala-gejala Penyakit Refluks Gastroesofagus, Ada Sendawa
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, Kementerian Tenaga Listrik India mengonfirmasi bahwa mereka mengetahui operasi besar negara China yang menggunakan malware untuk menembus jaringan listrik India.
Tindakan cepat telah diambil dan "tidak ada dampak" pada fasilitas mana pun karena "ancaman yang dirujuk", kata kementerian itu.
"Tidak ada pelanggaran data atau kehilangan data yang terdeteksi karena insiden ini," katanya, tetapi tidak menyebutkan pemadaman Mumbai.
Kelompok aktivitas ancaman terkait China, RedEcho, mungkin telah menanam malware di pembangkit listrik utama di India, kata studi tersebut yang pertama kali dilaporkan oleh New York Times .
Melansir The New York Times (28/1/2021), Para penyelidik yang menulis studi Recorded Future, sebuah perusahaan di Somerville Massachusetts, yang mempelajari penggunaan internet oleh aktor negara, mengatakan bahwa "dugaan hubungan antara pemadaman dan penemuan malware yang tidak ditentukan" dalam sistem "tetap tidak berdasar."
Namun mereka mencatat bahwa "bukti tambahan menunjukkan penargetan terkoordinasi pusat pengiriman muatan India", yang menyeimbangkan kebutuhan listrik di seluruh wilayah negara itu.
Komentar datang dari pensiunan Letnan Jenderal DS Hooda, seorang ahli dunia maya yang mengawasi perbatasan India dengan Pakistan dan Cina.
"Saya pikir sinyal sedang dilakukan" oleh China untuk menunjukkan "bahwa kami dapat dan kami memiliki kemampuan untuk melakukan ini pada saat krisis," katanya.“Ini seperti mengirimkan peringatan ke India bahwa kemampuan ini ada bersama kita," imbuhnya.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini