Dikenal Sebagai Musuh Bebuyutan, Ternyata Perang Amerika-Iran Sudah Diramalkan Sejak Zaman Kuno Ini, Bahkan Sejak Iran Belum Menjadi Sebuah Negara, Begini Bunyi Ramalannya

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Gedung-gedung diratakan oleh bom AS.
Gedung-gedung diratakan oleh bom AS.

Intisari-online.com - Insiden digempurnya Suriah atas Amerika menjadi perhatian dunia.

Ini merupakan serangan militer pertama sejak kepemimpinan Presiden AS Joe Biden.

Padahal sebelumnya, di bawah Presiden Donald Trump, AS belum pernah meluncurkan serangan telak seperti ini.

Citra satelit dari tempat kejadian sebelum dan sesudah serangan udara pertama di bawah Presiden AS Joe Biden baru-baru ini diumumkan.

Baca Juga: Sering Cemas Berlebihan? Cukup Pijat Kaki Bagian Ini Saja, Sembuh!

Menurut Daily Mail, jet AS melemparkan total tujuh bom, masing-masing seberat 226 kilogram, ke sasaran milisi pro-Iran di perbatasan Irak-Suriah.

Serangan udara itu menewaskan sekitar 22 pria bersenjata, menurut statistik kerusakan terbaru.

Citra satelit menunjukkan bahwa banyak bangunan telah diratakan, di area hanya 300 meter dari perbatasan Irak.

Yang tersisa hanyalah hitam di tanah. Fragmen tersebar di seluruh gurun.

Baca Juga: Ketegangan Mencapai Puncaknya, Inilah Hari Paling Berdarah sejak Kudeta Militer Myanmar, 18 Orang Tewas dalam Sehari, Mencekam

Seorang juru bicara Pentagon mengatakan serangan itu adalah opsi "terkendali", yang disetujui oleh Biden untuk mengirim pesan peringatan ke Iran.

Pada tanggal 15 Februari, milisi Irak pro-Iran menembakkan roket ke pangkalan AS, menewaskan satu kontraktor militer dan melukai banyak tentara Amerika.

Menurut Pentagon, intelijen AS menemukan bahwa milisi pro-Irak itu menggunakan kompleks di desa Al Bukamal sebagai tempat penyimpanan senjata dan transportasi antara Irak dan Suriah.

Sementara itu, ternyata perang antara Iran melawan Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi telah diramalkan sejak 800 tahun lalu.

Sumber dari ramalan tersebut berdasarkan apa yang tertera dari Yalkut Yishau, yang merupakan bagian dari Yalkut Shimoni, kumpulan komentar Yahudi mengenai Alkitab yang diyakini telah disusun pada Abad ke-13.

Yalkut Yishayau sendiri telah diterbitkan sebagai buku pada 1939.

Baca Juga: Bukannya Lebih Baik Dari Trump Ternyata Biden Lebih Beringas Hancurkan Timur Tengah, Foto Ini Jadi Bukti Keganasannya, Hanya Beberapa Bulan Memimpin AS Sudah Ciptakan Kerusakan Separah Ini

Pada ramalan tersebut, beberapa bulan sebelum wabah yang diyakini adalah Covid-19 usai, akan timbul peperangan antara Arab Saudi dan Iran.

Selain itu diungkapkan pertemputan tersebut akan membuat dunia menjadi penuh kegelapan dan perselisihan yang besar.

“Rabbi Yitzchak berkata,’pada tahun saat Messiah diturunkan, semua pemimpin bangsa akan saling memprovokasi. Raja Persia akan memprovokasi Raja Arab dan dia akan pergi ke Edom untuk menerima nasihat dari mereka’,” bunyi ramalan itu dikutip dari Daily Star.

"Raja Persia akan pergi dan menghancurkan seluruh dunia, dan menghancurkan seluruh dunia, dan semua bangsa di dunia akan gemetar, panik dan jatuh dengan wajah mereka, serta merasakan kontraksi seperti saat melahirkan, dan Israel akan gemetar dan panik, sambil bertanya, ‘dimana akan kita pergi?’” tambahnya.

“Dan Tuhan akan berkata pada mereka, ‘Anak-anak-Ku, jangan takut, karena semua yang Aku lakukan, Aku lakukan untukmu. Kenapa kami takut? Jangan takut. Waktunya telah tiba untuk penebusan Anda,’” sambung ramalan tersebut.

Iran sendiri merupakan Persia di masa lampau, dan Kerajaan Edom diasosiasikan sebagai AS atau secara umum sebagai bangsa barat.

Baca Juga: Ketar-ketir Senjata Rusia dan China Makin Canggih, AS Cepat-cepat Temui Kanada untuk Tingkatkan Sistem Pertahanan untuk Melawannya

Ramalan tersebut mengungkapkan Arab Sadui akan berusaha keras mendorong AS untuk ikut serta dalam konflik dengan Iran.

Saat ini, hubungan Iran dengan Arab Saudi dan AS tengah berada di titik nadir.

Apalagi Presiden AS, Joe Biden telah mengizinkan serangan ke milisi Iran yang berada di Suriah, Jumat (26/2/2021).

AS sendiri menjadi sekutu Arab Saudi, yang juga tengah menghadapi milisi Iran di Yaman.

Source: Kompas TV

Artikel Terkait