Intisari-Online.com - Akhir-akhir ini ramai berita mengenai sekolompok warga ramai-ramai membeli mobil baru secara bersamaan.
Kejadian ini terjadidi Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Rezeki nomplok itu datang dari tambang minyak.
Sayangnya, tak semua warga yang memiliki 'harta karun' di wilayahnya menjadi makmur. Seperti kisah di bawah ini.
Suatu hari di tahun 2017, polisi Tanzania melakukan membongkar aksi penyelundupan intan internasional.
Sebuah kiriman berlian senilai sekitar 28 juta euro (Rp474 miliar)disita di bandara utama negara itu.
Petra Diamonds, perusahaan berlian terbesar yang terdaftar di dunia, telah mendaftarkan pengiriman 14 kilogram.
Namun, menurut pihak berwenang Tanzania, sebenarnya berat pengiriman itu mencapai 30 kilogram.
Diketahui bahwa intan kasar dari tambang Williamson dimaksudkan untuk diekspor ke Belgia untuk diproses.
Tambang Williamson di utara Tanzania sendiri adalah perusahaan patungan. Sekitar 75% milik Petra Diamonds dan 25% milik pemerintah Tanzania.
Presiden Tanzania, John Magufuli, telah menyatakan bahwa pemberantasan korupsi di sektor pertambangan adalah prioritas pemerintahnya.
Sama-sama korupsi
Presiden Magufuli mengumumkan bahwa orang Tanzania mungkin mengambil alih tambang berlian jika perusahaan asing terus menjadi "masalah".
Masalahnya adalah perusahaan lokal pun tidaktransparansi dalam bisnis
"Perusahaan pribumi setidaknya sama korupnya dengan perusahaan asing," kataAmani Mhinda, seorang aktivis Haki Madini.
Padahal Tanzania merupakan pemain level menengah di pasar berlian Afrika.
Negara Afrika Timur itu menempati peringkat ke-19 di antara produsen berlian terbesar di benua itu.
Pemerintah Tanzania berharap pada tahun 2025 industri pertambangan akan berkontribusi setidaknya dua kali lipat dari PDB yang dimilikinya hingga saat ini.
Saat ini kontribusinya kurang dari empat persen.
Zimbabwe: Uang berlian untuk represi aparat negara
Berlian juga tidak membawa kemakmuran ke Zimbabwe.
Tiga perempat orang di Zimbabwe, produsen berlian terbesar kelima di Afrika, hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Pemerintah Zimbabwe tidak memberikan informasi yang tepat tentang berapa banyak berlian yang berkontribusi pada pendapatannya.
"Miliaran telah lenyap sebelum mencapai Perbendaharaan Zimbabwe," laporan terkini oleh kelompok anti-korupsi Inggris, Global Witness.
Mereka menyatakan Berlian, katanya, tidak memberi manfaat bagi orang biasa.
Sebaliknya menurut laporan ini, dinas rahasia dan militer negara telah menyedot sebagian besar pendapatan untuk diri mereka sendiri, dan menggunakannya untuk membiayai kegiatan mereka.
"Demokrasi Zimbabwe telah dirongrong dan telah menyebabkan pelanggaran hak asasi manusia yang serius," kata Michael Gibb, yang menyerahkan laporan tersebut untuk Global Witness.
Struktur serupa dengan yang ada di Zimbabwe juga dapat ditemukan di negara berlian besar lainnya di Afrika.
Deposit berlian juga menyebabkan lebih banyak kemiskinan, kekerasan dan penindasan di Angola atau Republik Demokratik Kongo.