Pantas Biden Cepat-cepat Perpanjang Kesepakatan Pembatasan Senjata Nuklir dengan Rusia, Rupanya Rusia Pemegang Senjata Nuklir Paling Besar dan Mustahil untuk Dikalahkan

Tatik Ariyani

Editor

Iustrasi senjata nuklir
Iustrasi senjata nuklir

Intisari-Online.com - Joe Biden baru saja dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) pada 20 Januari 2021 lalu.

Namun, seminggu kemudian AS dan Rusia akhirnya sepakat untuk memperpanjang kesepakatan pembatasan kepemilikan senjata nuklir yang gagal disetujui ketika AS dipimpin Donald Trump.

Kabar tersebut disampaikan oleh Kantor Kepresidenan Rusia alias Kremlin pada Selasa (26/1/2021) sebagaimana dilansir dari Nikkei Asia Review.

Perpanjangan kesepakatan bernama New Strategic Arms Reduction Treaty (START) tersebut memberikan kepastian terbaru mengenai pembatasan kepemilikan senjata nuklir antara Washington dan Moskwa.

Baca Juga: Termasuk Rudal dengan Daya Ledak 130 Kali Lebih Kuat dari Bom Hiroshima, Inilah 3 Senjata Rusia yang Paling Canggih di Dunia

Di sisi lain, Gedung Putih tidak segera mengonfirmasi pengumuman perpanjangan New START tersebut.

Namun, Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah membahas masalah tersebut melalui sambungan telepon.

Gedung Putih menambahkan, kedua kepala negara itu setuju untuk mengirim tim dan bekerja untuk menyelesaikan perpanjangan New START sebelum berakhir pada 5 Februari mendatang.

Ditandatangani pada 2010, New START membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dimiliki ole AS dan Rusia masing-masing menjadi 1.550 buah.

Baca Juga: Meskipun Sampai 20 Ton, Drone Tempur Baru Rusia Ini Bisa Sukses Jalani Uji Coba dan Akan Dipasangkan dengan Pembom Strategis, Apa Saja Keunggulannya?

Perjanjian tersebut juga membatasi jumlah rudal, pesawat pengebom, dan kapal selam yang mampu membawa hulu ledak nuklir.

Rusia dan AS adalah dua negara yang memperebutkan persenjataan nuklir terbesar di dunia.

Sebagian besar memiliki hulu ledak nuklir strategis dengan daya penghancur mengerikan.

Keduanya bisa meratakan seluruh kota di dunia, tetapi antara China, Rusia, dan Amerika manakah negara pemilik senjata nuklir paling kuat.

Tentu saja jawabannya adalah Rusia, dalam judul dijelaskan bahwa baik China ataupun Amerika bukanlah keduanya.

Hal itu diungkapkan oleh Mark Episkopos dalam majalah National Interest, tentang persenjataan taktis nuklir Rusia.

Berbeda dengan nuklir strategis, senjata nuklir taktis memiliki daya hancur lebih kecil setara dengan 10-100 ton bahan peledak TNT.

Senjata nuklir taktis digunakan di medan perang tanpa batas, untuk menetralkan kemampuan tempur musuh.

Baca Juga: Layaknya Godzilla dan Kong, Inilah Daftar Megafauna yang Pernah Hidup di Bumi Indonesia

Senjata nuklir taktis tidak dikendalikan oleh perjanjian internasional mana pun.

Penulis Mark Episkopos mengatakan di majalah National Interest, bahwa Rusia saat ini adalah negara dengan persenjataan taktis nuklir terbesar di dunia.

Bahkan hal ini tidak akan berubah dalam waktu dekat.

Menurut penulis Episkopos, Rusia memiliki antara 3.000-6.000 hulu ledak nuklir taktis dibandingkan dengan sekitar 1.000 hulu ledak nuklir AS.

Jumlah hulu ledak Rusia telah menurun secara signifikan dari 13.000-22.000 selama Perang Dingin.

Rusia adalah negara yang berbatasan dengan Eropa, jadi Anda harus selalu waspada agar NATO menyerang dengan cepat.

Saat itulah senjata Rusia dapat membantu Rusia menyeimbangkan kekuatan militer dengan NATO karena pengeluaran militer Rusia terbatas, menurut penulis Episkopos.

Menurut statistik yang diandalkan Barat, penulis Episkopos mengatakan bahwa angkatan laut Rusia adalah kekuatan yang dilengkapi dengan senjata nuklir paling taktis.

Baca Juga: Lolos dari 'Guncangan' Covid-19 Lebih Awal dari Negara Manapun, China Siap Salip Musuh Bebuyutannya, Bertahun-tahun Lebih Awal dari Prediksi Sebelumnya

Senjata-senjata ini terutama mencakup rudal jelajah Kalibr kapal selam atau permukaan.

Untuk angkatan udara, pembom Tu-22M3 Rusia dilengkapi dengan rudal jelajah hipersonik hulu ledak nuklir Kh-47M2.

Ini adalah senjata paling sulit untuk dicegat saat ini, selain itu, pembom siluman Su-57 Rusia juga mampu membawa rudal dengan hulu ledak nuklir.

Di darat, kekuatan serangan nuklir taktis Rusia didasarkan pada kompleks rudal balistik jarak pendek Iskander-M.

Menurut penulis Episkopos, daftar singkat di atas menunjukkan bahwa senjata nuklir taktis sangat populer di kalangan angkatan bersenjata Rusia dan terus dimodernisasi.

Sebaliknya, persenjataan nuklir taktis AS cukup terbatas, saat ini hanya bom B61, kapasitasnya untuk menghancurkan 300 ton bahan peledak TNT.

Jenderal militer AS telah mengkritik persediaan Rusia sejumlah besar senjata nuklir taktis yang berpotensi memicu perang nuklir.

Di masa depan, negara-negara anggota NATO berencana untuk meningkatkan hulu ledak nuklir taktis dengan senjata berpemandu presisi, yang dapat dilengkapi pada pesawat siluman untuk mengatasi ancaman Rusia dengan lebih baik.

Afif Khoirul M

Artikel Terkait