Intisari-online.com - Pada 6 Januari 2021 lalu, kerusuhan besar terjadi di gedung Capitol.
Kerusuhan tersebut dilakukan oleh aksi masa yang mendukung mantan Presiden Donald Trump sejak kekalahannya dari Joe Biden.
Sejak saat itu Amerika dalam situasi gawat darurat, FBI menyebut kerusuhan besar bakal terjadi menjelang pelantikan Joe Biden.
Bahkan pada puncaknya, masa dalam jumlah besar akan melakukan kerusuhan di Amerika tepat saat pelantika Joe Biden.
Menurut 24h.com.vn, pemerintah Amerika langsung mengerahkan sedikitnya 15.000 personel militer untuk melakukan pengamanan.
Meski demikian, nyatanya pada 20 Januari lalu, pelantikan Joe Biden justru berakhir dengan aman tanpa adanya gangguan.
Hal itu menimbulkan pertanyaan besar, dimanakah pendukung Donald Trump yang sempat menggertak akan melakukan kerusuhan?
Bahkan sebelumnya penegak hukum federal khawatir para ekstrimis pendukung Donald Trump akan melakukan pemberontakan.
Menurut NBC News pada Rabu (20/1/21), hanya satu demonstran yang mendukung Trump berdiri di luar gedung pemerintah di negara bagian New York.
"Saya keluar dengan harapan bergabung dengan kerumunan pengunjuk rasa damai yang mendukung kebenaran," kata Mark Leggiero, satu-satunya pendukung Trump di gedung pemerintah negara bagian New York.
Di luar gedung pemerintah negara bagian Pennsylvania di Harrisburg, reporter NBC News juga mencatat hanya satu pengunjuk rasa yang mendukung Trump yang muncul.
Sementara diCalifornia, sekelompok kecil pengunjuk rasa mencoba menerobos keamanan dan meneriakkan slogan-slogan di luar gedung pemerintah yang dijaga ketat di Kota Sacramento.
Tapi mereka tampaknya adalah aktivis yang tidak mendukung Trump.
Di "benteng" yang didugatempat pendukung Donald Trump seperti Oklahoma, para simpatisan Trump juga belum muncul.
Padahal sebelumnya Brian Higgins, mantan sheriff Bergen County, negara bagian New Jersey, berkata.
"Pesan yang diberikan oleh penegak hukum sebelum pelantikan Tuan Biden sangat jelas: Akan ada ribuan. polisi dan tentara yang membela gedung-gedung pemerintah," katanya.
"Saya yakin ini adalah salah satu alasan pengunjuk rasa yang mendukung Trump tidak muncul dan melecehkan seperti sebelumnya," imbuhnya.
Dugaanlain yang menyebabkan para pendukung Trump tidak melakukan kerusuhan selama pelantikan Biden.
Menurut sumber penegak hukum, adalah penangkapan cepat terhadap Biro Investigasi Federal (FBI) AS dan Departemen.
Pada 20 Januari, Tuan Trump dan istrinya secara resmi meninggalkan Gedung Putih.
Pasangan itu menghadiri upacara perpisahan di pangkalan militer Andrews sebelum pergi ke Air Force One untuk kembali ke Florida.
Beberapa jam kemudian, Biden dilantik, menjadi Presiden AS ke-46.
Kemungkinan ada dugaan lain bahwa Trump telah ikhlas meninggalkan jabatannya, dan meminta pendukungnya tidak melakukan kerusuhan.
Dalam sebuah video Trump telah meminta warga Amerika untuk bersatu dan menghindari tindakan kekerasan, setelah dimakzulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat karena dianggap menghasut kekerasan yang menyebabkan kerusuhan di gedung Kongres AS pada 6 Januari.
"Saya mengutuk tindakan kekerasan yang kami saksikan di gedung kongres Aa," katanya.
"Massa kerusuhan bertentangan dengan apa yang saya yakini dan tidak mewakili pendukung presiden. Tidak ada yang mendukung Presiden," ungkap Trump dalam sebuah video.
Dalam pidato perpisahannya, Trump sekali lagi menyebutkan kerusuhan di gedung kongres AS: "Semua orang Amerika takut dan kekerasan politik tidak pernah dapat ditoleransi."