Pada Agustus 2019, India mencabut status semi-otonom Kashmir, memberlakukan jam malam dan pemadaman komunikasi serta menangkap ribuan orang.
Hal tersebut memicu kemarahan dan kehancuran ekonomi.
Sejak itu, pihak berwenang India telah mengesahkan banyak undang-undang dan menerapkan kebijakan yang oleh penduduk setempat dan kritikus dipandang sebagai bagian dari "proyek kolonialisme pemukim" India di wilayah yang bergejolak.
Warga Kashmir selama bertahun-tahun menuduh pasukan India menargetkan warga sipil dan penyalahgunaan kekuasaan dengan impunitas besar-besaran.
Pasukan telah dituduh melakukan baku tembak dan kemudian mengatakan para korban adalah "militan".
Keluarga pemberontak dan warga sipil yang dibunuh oleh pasukan pemerintah India telah berulang kali menuntut agar pihak berwenang mengizinkan ritual terakhir dan penguburan yang layak di desa leluhur di bawah kepercayaan Muslim.
Permohonan itu berulang kali ditolak.
Ayah Ather, Mushtaq Ahmed Wani, menerima berita tentang pembunuhan putranya pada 30 Desember.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR