Intisari-online.com - Banyak sekali negara di dunia ini yang berlomba-lomba untuk menciptakan senjata pemusnah massal.
Meskipun sebenarnya tindakan ini sangat dikecam dan ditentang oleh banyak negara di seluruh dunia.
Sebut saja beberapa negara yang saat ini memegang senjata nuklir seperti, AS, China, Rusia, India, hinga Korea Utara.
Sementara khusus Korea Utara, negara ini dianggap sebagai negara yang unik karena meski miskin dan terbelakang mereka memiliki senjata pemusnah massal.
Korea Utara dianggap sebagai salah satu ancaman yang berbahaya bagi negara seperti Amerika.
Karena seperti diketahui, negara tersebut juga mengembangkan senjata nuklir dalam skala besar, sebelum dijinakkan oleh Amerika tahun 2018.
Sebelum itu, pada tahun 2017, Korea Utara sempat mengguncang dunia dengan pengembangan senjata nuklir secara masiv.
Hal itu dianggap sebagai ancaman bagi seluruh dunia, sehingga Amerika turun tangan untuk membuat kesepakatan dengan negeri petapa itu.
Menurut The Independent, pada tahun 2017, Korea Utara juga diklaim memiliki senjata yang mampu menghancurkan seluruh dunia.
Bahkan dikatakan, Korea Utara bisa menghancurkan seluruh dunia hanya menggunakan tiga atau empat bom termonuklirnya.
Hal itu diungkapkan oeh seorang pria yang menyebut dirinya sebagai wakil rezim internasional.
"Tak seorang pun akan menyentuh Korea Utara, jika mereka menyentuhnya, orang-orang akan mempertahankannya dengan senjata dan rudal," kata Alejandro Cao de Benos.
Dia mengaku seorang Spanyol yang menyebut dirinya adalah "delegasi khusus" dari Korea Utara.
"Korea secara sempurna dipersiapkan dengan senjata nuklir dan termonuklir. Kami memiliki bom-H," katanyasaat wawancara dengan situs Argentina Infobae .
Dia mengatakan kepada The Independent pada tahun 2012, "Tidak ada satu orang pun yang memutuskan segalanya dan dapat melakukan apa pun yang dia inginkan."
Cao de Benos juga menceritakan soal kamp penjara Korea Utara.
Di mana Human Rights Watch mengatakan orang-orang melakukan kerja paksa dalam kondisi berbahaya dan kadang-kadang mengancam jiwa, sebenarnya itu adalah kamp "pendidikan ulang".
"Kami percaya bukan pada hukuman tapi pada rehabilitasi. Ini semacam terapi psikologis," katanya.
Dalam komentar terbarunya, Cao de Benos mengatakan bahwa sementara AS "memiliki lebih banyak rudal daripada Korea".
"Itu bukan masalah kuantitas tetapi tentang potensi ledakannya. Satu bom termonuklir 100 kali lebih kuat daripada nuklir biasa," katanya.
"Tiga atau empat di antaranya cukup untuk mengakhiri seluruh dunia," imbuhnya.
Komentarnya Cao de Benos muncul pada saat ketegangan meningkatantara Washington dan Pyongyang saling bertukar retorika atas program uji coba rudal rezim Kim.
Sebelum kesepakatan nuklir 2018, Donald Trump telah berusaha untuk memberikan nada yang keras dan mengancam.
Trump juga memperingatkan Cihia jika tidak dapat menahan sekutunya, akan mengirim apa yang dia gambarkan sebagai "armada" kapal perang ke wilayah tersebut.
Namun Wakil Presiden Mike Pence mengatakan,"Kami benar-benar percaya bahwa, karena sekutu kami di kawasan ini dan China membawa tekanan tersebut untuk ditanggung, ada kemungkinan bahwa kami dapat mencapai tujuan bersejarah semenanjung Korea yang bebas nuklir dengan cara damai."
Akhirnya tanpa menggunakan senjata satupun, Amerika dan Korea Utara berhasil mencapai kesepakatan tahun 2018 di Singapura.
Untuk pertama kalinya Donald Trump bertemu dengan Kim Jong-Un untuk mengakhiri perseteruan, dan memperoleh kesepakatan denuklirisasi.