Advertorial
Intisari-online.com - Sebagai negara kecil dengan kemiskinan tinggi, Timor Leste dipandang sebagai negara yang masih terbelakang.
Tak heran jika banyak hal berbau mistis masih sangat melekat kuat dalam kepercayaan masyarakat di sana.
Bahkan fenomena-fenoma gaib tak jarang dilaporkan sejak negara tersebut memutuskan merdeka dari Indonesia, hingga beberapa tahun terakhir.
Seorang penulis Warren L.Wright BA LLB, mengisahkan bagaimana runtut pembunuhan terjadi di Timor Leste didasari praktik ilmu sihir.
Baca Juga: China Siaga Tinggi Perang, Xi Jinping Sampai Mewanti-wanti Militer China Jangan Takut Mati
Menurut laporannya pada 22 Desember 2012, sebuah kasus pembunuhan terjadi di sub-distrik Maubisse di distrik selatan Ainaro.
Pembunuhan itu terjadi dengan tuduhan praktik ilmu sihir dalam perselisihan antar keluarga.
Polisi kemudian memburu empat orang yang diduga terlibat kasus tersebut, kemudian melakukan penyelidikan.
Polisi juga mewawancarai saksi dan tetangga di daerah tersebut untuk menentukan penyebab terjadinya pembunuhan.
Pengawas bernama Orlando Gomes melaporkan motif pembunuhan itu.
"Motif dari kasus tersebut adalah dua keluarga di daerah tersebut saling menuduh melakukan sihir," lapor Radio Timor Leste, 2012.
Namun, ini bukan satu-satunya kasus yang dilaporkan di Timor Leste, faktanya ada seabrek kasus serupa yang melibatkan ilmu sihir.
Pada bulan September 2000, hal ini pertama kali menjadi fokus perhatian sistem peradilan ketika empat pria diadili karena diduga menyiksa dan membunuh seorang wanita tua yang dituduh melakukan sihir.
Fakta-fakta dari kasus tersebut terungkap di pengadilan di Baucau, kota terbesar kedua di Timor Leste.
Seorang wanita berusia 62 tahun dibunuh di wilayah paling timur Los Palos pada bulan Desember 1999.
Menurut penuntutan, wanita itu disiksa dan dibiarkan mati oleh empat pria setelah dituduh membunuh anak-anak dengan sihir.
Dalam kasus lain, pada 7 Januari 2007, tiga perempuan yang dituduh sebagai penyihir dibunuh dan dibakar bersama rumahnya di Timor Timur.
Ketiga perempuan itu, berusia 70, 50 dan sekitar 25 tahun, dibunuh di Maubaralisa (Kecamatan Maubara, Kabupaten Liquica), sekitar 40 km sebelah barat ibukota Dili.
Mereka adalah Bui-dau, 70, Flora, 50, dan seorang wanita (tak dikenal) lainnya berusia sekitar 25 tahun, mereka dituduh sebagai penyihir, lalu tiga tersangka itu ditangkap.
Pada bulan Mei 2009, masalah santet kembali menjadi berita utama nasional dengan penyiar nasional Timor Leste, RTTL,
Mereka melaporkan bahwa Wakil Komandan Polisi Nasional Timor Leste Inspektur Afonso de Jesus telah meminta penduduk di ibukota Dili untuk tidak percaya pada rumor bahwa ada seorang penyihir bernama Margareta terbang di sekitar kota.
Dalam catatabbta ,Institusi dan Pengalaman Orang Timor, Andrew Harrington membahas kasus tentang sihir berikut ini.
"Dalam satu kasus yang melibatkan ilmu sihir, seorang petugas UNPol mengarahkan seorang penduduk lokal yang sangat marah yang mendekatinya dengan keluhan ini untuk menanganinya dengan cara tradisional."
Berawal dari seorang pria yang menuduh putri pelapor melakukan sihir dan mengutuk keluarganya.
Petugas UNPol (Polisi Perserikatan Bangsa-Bangsa) angkat tangan karena tidak memiliki kewenangan untuk menangani tuduhan ilmu hitam.
Beberapa hari kemudian, pengadu kembali dan melaporkan pada petugas UNPol bahwa dia telah melakukan apa yang diperintahkan, dan menangani masalah dengan menggunakan cara tradisional, hasilnya dia membunuh penuduh.
Contoh anekdot lainnya yang melibatkan sihir dan mekanisme penyelesaian perselisihan lokal menghasilkan hukuman yang kejam.
Penduduk desa dengan fatal meletakkan bara api di punggung (seorang tertuduh) penyihir untuk hukuman.
Perlu dicatat bahwa secara umum hukuman sihir tidak terlalu berat, tetapi hasilnya tidak selalu demikian.
Hal itu tergantung pada 'keparahan' sihir yang terlibat, atau sejauh mana pelaku kesalahan telah mengganggu sistem sirkulasi nilai dan keseimbangan sosial-kosmik komunitas di Timor Leste.